Penamaan Inderagiri

Setelah berapa lamanya Sultan Manshur Syah di Majapahit iyu maka baginda pun hendak kembali ke Melaka. Maka Sultan Manshur Syah pun bermohon pada Betara Majapahit hendak membawa Raden Galuh ke Melaka. Maka diberi oleh Betara. Maka Sultan Manshur pun berlengkap menyuruhkan Tun Bija Sura memohonkan Indragiri. Maka Tun Bija Sura pun pergilah menghadap Betara Majapahit. Maka sembah Tun Bija Sura, “Tuanku, paduka anakda memohonkan Indragiri. Jikalau dianuge-rahkan sebaik-baiknya, Jikalau tiada pun diambil juga.” Maka titah Betara kepada orang besar-besar, “Betapa bicara kamu sekalian karena anak kita hendakkan Indragiri. Baik diberikan atau jangan?” Sembah Patih Aria Gajah Mada, “Baik tuanku dianugerahkan supaya jangan lagi mufaraq kita dengan dia.” Maka titah Betara Majapahit pada Tun Bija Sura, “Pemberian kitalah Indragiri akan anak kita. Segala lurah Tanah Jawa inipun siapatah lagi ampunya dia jikalau tiada anak kita raja Melaka.” Maka Tun Bija Sura pun kembalilah.

Dalam karya Tun Seri Lanang itu disebutkan zaman Raja Merlang dan Raja Narasinga, sehingga teranglah hubungan antara Melaka-Indragiri-Majapahit. Pada Cetera Yang Keduapuluhdelapan tertulis pula sebagai berikut:

Kata shahibul hikayat maka tersebutkan perkataan Raja Merlang raja Inderagiri hilang di Melaka. Juga ada baginda beranak dengan permaisuri anak Marhum Melaka seorang laki-laki, Raja Narasinga namanya. Pada bagindalah pula segala orang Inderagiri. Adapun pada ketika itu segala anak raja-raja Inderagiri tiada dimalui oleh segala anak tuan-tuan Melaka; apabila segala anak-anak tuan-tuan Melaka berjalan ke sana sini maka bertemu dengan lecah-lecah atau sungai, jikalau ada anak tuan-tuan Inderagiri maka dipanggilnya disuruhnya dukung melalui lecah-lecah itu, sudah seorang, seorang. Maka pada seorang anak tuan-tuan Inderagiri dua tiga or­ang anak tuan-tuan Melaka berdukung kepadanya berganti-ganti. Maka segala orang Inderagiri berdatang sembah pada Raja Narasinga, “Tuanku, mari kita bermohon kembali ke Inderagiri karena tiada kuasa patik sekalian duduk di Melaka ini, tiada sekali-kali diumpamakan oleh anak tuan-tuan Melaka, dijadikannya seperti hambanya.” Maka titah Raja Narasinga, “Baiklah.” Maka baginda pun masuk menghadap Sultan Mahmud; pada ketika itu baginda sedang dihadap orang banyak. Maka Raja Narasinga pun berdatang sembah ke bawah duli Sultan Mahmud, katanya, “Tuanku, jikalau ada kurnia dull Yang Dipertuan patik hendak bermohonlah kembali ke Inderagiri karena sungguhpun ada negeri patik dianugerahi oleh dull Yang Dipertuan tiada patik melihat dia.” Maka tiada dilepas oleh Sultan Mahmud Syah.
Setelah berapa lamanya maka Raja Narasinga pun berlepas dirinya kembali ke Inderagiri. Telah datang di Inderagiri didapati baginda MaharajaTuban saudara Maharaja Merlang itu pun sudah mati, tinggal anaknya seorang laki-laki Maharaja Isap namanya; ialah jadi raja di Inderagiri. Setelah Raja Narasinga datang maka Maharaja Isap pun dihalaukan oleh Tun Kecil dan Tun Ali, orang besar di Inderagiri itu. Maka Raja Isap lari ke Lingga; nama raja Lingga itu Maha­raja Terengganu. Maka oleh Maharaja Terengganu, Raja Isap diambilnya akan menantu. Banyak ia beranak setelah Maharaja Terengganu mati. Maka Raja Isap pun jadi raja Lingga. Maka Raja Narasinga pun naik raja di Inderagiri; Tun Kecil jadi Bendahara.

Sejalan dengan gambaran di atas dalam salah-satu versi Hikayat Hang Tuah terdapat pula keterangan tentang Indragiri. Setelah Hang Tuah menyampaikan permintaan Sultan Melaka kepada… (teks naskah tidak terbaca) agar memberikan Siantan maka mertuanya Ratu Majapahit memberikan jawaban:

Bacaan Lainnya

Jangankan Siantan kalau memantu kita itu meminta Indragiri pun akan kita berikan
Dan jangankan Indragiri Palembang pun kalau diminta oleh memantu kita itu akan kita berikan

Rujukan:
Elmustian Rahman, dkk. 2006. Reidentifikasi Tradisi Lisan Melayu Indragiri Hulu. Pekanbaru: Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Universitas Riau
Elmustian Rahmanm dkk. 2012. Ensikolpedia Kebudayaan Melayu Riau. Pekanbaru: Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Universitas Riau
Hasan Junus, Zuarman, dan Drs. Fakhri. 2002. Kerajaan Indragiri. Pekanbaru: Unri Press

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *