Permainan Patuk Lele

Permainan Patuk Lele. (foto: folklor.kosabudaya.id)

Patuk Lele dikenal juga dengan kecuke, catuk ula, cukil (cungkil), atau catuk lele adalah permainan yang menggunakan sepotong kayu yang disebut induk untuk memukul sepotong kayu yang lebih kecil yang disebut anak.

Permainan ini memerlukan 2 kelompok pemain yang bisa dilakukan oleh anak laki-laki dan perempuan. Kelompok pemenang akan menjadi pemain pemukul, sedangkan kelompok yang kalah menjadi penjaga.

Bacaan Lainnya

Peralatan Permainan
Peralatan permainan berupa 2 kerat kayu yang disebut induk dan anak. Induk sebesar ibu jari kaki dengan panjang sekitar 30 cm, dan anak sebesar jari telunjuk dengan panjang sekitar 15 cm. Selain induk dan anak, juga diperlukan sebuah lubang sebagai tempat memulai dan merupakan pusat permainan.

Sebelum melakukan permainan terlebih dulu osit atau toss, dengan jari atau dengan memukul penganak atau anak. Siapa yang menang osit atau lebih jauh memelantingkan anak, maka dia yang mendapat giliran pertama yang main dan yang kalah menjaga. 

Jalan Permainan
Di dalam permainan, terdapat beberapa babak dalam memukul anak yaitu mencukil anak, memukul anak, dan memukul kepala anak.

Mencukil Anak
Mencukil anak dilkukan dengan meletakan anak secara melintang di atas lubang kemudian dicukil dengan menggunakan induksekuat-kuatnya sampai terpelanting jauh. Apabila anak dapat ditangkap ketika tengah melayang oleh kelompok yang menjaga sebelum menyentuh tanah, maka pemain berganti posisi. Kelompok yang menjaga mendapat giliran main.

Jika tidak dapat disambut, induk diletakkan melintang di atas lubang. Kelompok yang menjaga melemparkan anak supaya mengenai induk. Kalau kena, maka permainan berganti. Kalau tidak kena, permainan dilanjutkan kembali.

Memukul Anak
Anak dan induk dipegang dengan satu tangan. Anak dilambungkan sedikit, kemudian dipukul sampai jauh. Kalau dapat disambut atau ditangkap oleh yang menjaga sebelum menyentuh tanah, permainan berganti. Kalau tidak dapat disambut, permainan berlanjut. 

Pemain yang menjaga akan melemparkan anak mendekati lubang. Kalau anak dekat lubang kurang satu induk, maka permainan berganti. Kalau lebih permainan berlanjut dan jarak antara lubang dan anak itu dihitung sebagai poin. Hitungannya dengan mengukur jarak antara lubang dengan anak yang dilemparkan penjaga tersebut dengan menggunakan panjang induk. Hitungan dimulai dari satu.

Memukul Kepala Anak
Anak diletakkan pada lubang. Sebagian anak keluar mencuat agar dapat dipukul dengan menggunakan induk sehingga anak melenting ke atas atau melompat. Ketika anak tadi belum menyentuh tanah dipukul dengan induk untuk menjauhkan dari lubang. Kalau gagal memukulnya, permainan berganti. Kalau pukulannya berhasil, jarak anak dan lubang dihitung dengan menggunakan induk, sebagai poin. Poin ini merupakan akumulasi dari poin yang sudah didapatkan, sampai gem dengan batasan tertentu, sesuai dengan kesepakatan. Misalnya gem yang disepakati, antara lain 50, 100 atau 200 poin.

Bonus hitungan diberikan apabila ketika anak yang melenting dipukul lebih dari satu kali sebelum jatuh. Kalau sempat dua kali kena, maka jarak yang dihitung menggunakan anak, berarti dua kali lipat dari hitungan menggunakan induk. Kalau sempat tiga kali kena, maka dihitung dengan setengah anak atau seperempat induk. Selanjutnya kalau sempat empat kali pukul maka hitungannya menjadi seperempat anak. Poin ini diakumulasikan dengan jumlah poin yang sudah ada, sampai gem. Pemain yang hebat, berusaha memukul anak beberapa kali, kemudian yang terakhir dengan sekuat-kuatnya supaya jauh. Tidak jarang sekali main saja, langsung gem.

Setelah gem, masing-masing anggota kelompok pemenang memukul anak sejauh-jauhnya. Boleh juga diwakilkan oleh anggota kelompok yang dapat memukul paling jauh sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Setelah ditentukan jarak pukulan, yang kalah harus mendukung yang menang dengan cara menggendong di punggung badan, dari lubang sampai batas pukulan kemudian kembali ke lubang. Puncak kenikmatan bermain catuk ula, pada saat didukung. Bagi yang kalah, penatnya tak seberapa, tapi malunya yang tak tahan. Permainan selesai di situ untuk satu ronde. Permainan boleh beberapa ronde.

Permainan catuk ula ini, benar-benar memerlukan keterampilan. Terampil dalam memukul dan terampil pula dalam bertahan atau menangkap. Tidak banyak memerlukan taktik dan strategi. Paling-paling menempati posisi bertahan, ketika masing dari lawan akan memulai bermain.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *