Kota Pekanbaru

Cikal bakal Kota Pekanbaru berawal dari sebuah perkampungan kecil bernama Payung Sekaki yang terletak di pinggiran Sungai Siak. Perkampungan tersebut didirikan oleh suku Senapelan sehingga kampung Payung Sekaki lebih dikenal dengan nama Kampung Senapelan. Pada masa itu berlaku suatu sistem yang disebut Kebatinan, dalam sistem ini kekuasaan berada di tangan seorang tokoh yang disebut Batin.

Ketika kerajaan Siak berkuasa Sultan ke empat, yaitu Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah, dia menjadikan Senapelan sebagai pusat kerajaan Siak. Di bawah pemerintahannya, kegiatan perdagangan berkembang pesat sehingga timbullah pemikiran untuk mendirikan sebuah pekan.

Bacaan Lainnya

Sesudah mangkatnya Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah, rencana pendirian pekan tersebut diteruskan oleh putranya, Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (1784). Semenjak itu 23 Juni 1784, nama Senapelan mulai tak digunakan lagi  dan berganti nama baru, yaitu Pekanbaru.

Kota Pekanbaru dibelah oleh Sungai Siak, menjadi dua bagian dan bermuara sampai keperairan selat Melaka, menghubungkan pula Pekanbaru dengan kota-kota lain di sepanjang daerah alirannya. Permukaan sungai Siak yang berwarna kemerahan dengan arus yang kelihatan seolah tenang di tengah lalu lalang angkutan sungai merupakan pemandangan khas bila berada di aliran sungai yang melintasi kota Pekanbaru ini. 

Alam Mayang

Alam Mayang adalah sebuah kolam pemancingan ikan yang berlokasi di Jalan H. Imam Munandar, Pekanbaru. Tersedia tiga buah kolam dengan luas keseluruhannya 18.560 meter persegi dan berbagai jenis ikan seperti ikan gurami, lemak, nila dan sepat Siam. Juga terdapat fasilitas outbound. Kolam pemancingan ini merupakan tempat rekreasi keluarga yang buka setiap hari. 

Balai Adat Riau 

Bangunan ini ditujukan sebagai pusat aktivitas adat Melayu Riau. Balai Adat Riau terletak di Jalan Diponegoro, Pekanbaru. Bangunannya dirancang dengan variasi warna dan ukiran motif khas Melayu. Arsitekturnya yang khas melambangkan kebesaran budaya Melayu Riau. Bangunan terdiri dari dua lantai. Di lantai atas terpampang dengan jelas beberapa ungkapan adat dan pasal-pasal Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Di kiri dan kanan pintu masuk ruangan utama terdapat pasal 1-4, sedangkan pasal 5-12 terdapat di bagian dinding sebelah dalam ruangan utama. Di tempat inilah para tokoh adat dan pemuka masyarakat melakukan aktivitas untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan Melayu Riau.

Bandar Serai

Bandar Serai adalah singkatan dari Bandar Seni Raja Ali Haji. Berupa sebuah kompleks bangunan yang awalnya dibangun untuk penyelenggaraan MTQ Nasional ke XVII, tahun 1994.  Di dalamnya terdapat miniatur bangunan-bangunan khas yang mewakili tiap kabupaten di Provinsi Riau. Saat ini kompleks tersebut difungsikan sebagai tempat berbagai aktivitas kebudayaan, serta tempat refreshing dan berolahraga. Kompleks ini terletak di Jalan Jendral Sudirman Pekanbaru. Dalam kompleks ini terdapat sebuah gedung kesenian, Anjung Seni Idrus Tintin, yang memiliki beberapa ruang untuk pertunjukan. Tidak jauh dari gedung kesenian tersebut terdapat kampus Akademi Kesenian Melayu Riau. Di kompleks ini juga menjadi kantor bagi Dewan Kesenian Riau dan Yayasan Bandar Serai. 

Berbagai pagelaran seni dan budaya Melayu Riau, maupun pertunjukan seni kontemporer menjadi agenda kegiatan kompleks ini, baik yang diadakan oleh Dewan Kesenian Riau, Yayasan Bandar Serai, maupun pemerintah daerah. 

Danau Limbungan. 

Disebut taman rekreasi Danau Buatan Lembah Sari berlokasi di Kecamatan Rumbai Pekanbaru. Bendungan air yang awalnya dibangun untuk tujuan pengairan ini dikelilingi oleh perbukitan berpanorama alam dan memiliki daya tarik. Melihat potensi tersebut, tempat ini kemudian dikembangkan sebagai daerah wisata yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan sarana rekreasi, seperti aneka jenis sepeda air, perahu, restoran, panggung hiburan, taman bermain, cottage dan sebagainya. Tempat rekreasi ini berjarak sekitar 10 kilometer dari pusat kota Pekanbaru.

Mesjid Raya

Mesjid Raya Pekanbaru yang dibangun pada abad ke-18 ini merupakan mesjid tertua di kota Pekanbaru. Mesjid yang terletak di Kecamatan Senapelan ini memiliki arsitektur tradisional yang amat menarik. Mesjid ini sekaligus menjadi bukti kerajaan Siak Sri Indrapura pernah bertahta di Pekanbaru, yaitu di masa Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (Sultan Siak ke-4) dan Sultan  Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (Sultan ke-5).

Di areal komplek mesjid ini terdapat makam Sultan Marhum Bukit dan Marhum Pekan. Marhum Bukit adalah nama lain dari Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (Sultan ke-4) yang memerintah pada tahun 1766-1780.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *