Kota Dumai

Pelabuhan Kota Dumai

KOTA Dumai adalah sebuah kota di pesisir pantai Timur Sumatera yang merupakan salah satu pintu gerbang memasuki Riau Daratan. Kota ini berhadapan langsung dengan jalur perdagangan internasional di Selat Melaka. Dumai mudah dicapai dari berbagai kota besar dan kecil di seluruh Sumatera karena tersedianya jaringan dan sarana perhubungan yang memadai, antara lain jalan raya Lintas Timur Sumatera yang menghubungkan seluruh pulau Sumatera mulai dari ujung utara sampai selatan.

Nama Dumai dipercaya berasal dari cerita Puteri Tujuh. Salah satu petikan cerita yang mengukuhkan kepercayaan mengenai asal-usul nama Dumai adalah: 

Bacaan Lainnya

“Gadis cantik di Lubuk Umai… cantik di Umai. Ya, ya… Dumai… Dumai…” 

Kata-kata itu terus terucap dalam hati Pangeran Empang Kuala. […] 

Petikan di atas berasal dari salah satu versi cerita Puteri Tujuh yaitu dari ucapan salah satu tokoh ceritanya, Pangeran Empang Kuala, ketika melihat kecantikan si bungsu Puteri Mayangsari atau Mayang Mengurai, salah satu puteri dari tujuh puteri bersaudara yang terkenal itu. Cerita Puteri Tujuh yang dulu dituturkan melalui mulut tukang cerita ini, dalam logika-logika tertentu mampu menggeser sebutan kawasan Kerajaan Seri Bunga Tanjung menjadi Dumai.

Dalam perkembangannya, Dumai kini merupakan kota besar kedua setelah Pekanbaru di Riau. Pelabuhan lautnya merupakan pelabuhan masuk bagi arus wisatawan dari dalam dan luar negeri maupun ekspor dan impor barang. Dumai mulai berkembang sejak Caltex membangun pelabuhan minyaknya pada tahun 1956. Sejak itu, perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 50 tahun telah membawa perubahan dalam kehidupan masyarakatnya. Modernisasi yang masuk bersamaan dengan masuknya industrialisasi sedikit demi sedikit telah menjauhkan masyarakat setempat dari praktik-praktik tradisional mereka dan menggantikannya dengan hal-hal baru yang dianggap lebih maju dan modern. Kota Dumai menjadikan kebudayaan Melayu sebagai roh pembangunan di wilayahnya. Dumai semakin berkembang setelah dibangunnya jalan darat menuju Pekanbaru dan kota-kota lain di Sumatera. Bahkan, kehidupan khas kota besar mulai menjamur.

Nama Dumai nyaris tidak pernah disebut-sebut pada tahun 1950-an karena selain tidak pernah tercantum pada peta, juga masih berupa kampung nelayan dengan belasan kepala keluarga. Warganya hidup dari mencari ikan di tepi Selat Melaka, sekitar Pulau Rupat, dan Bengkalis. Kampung nelayan ini tiba-tiba menjadi penting pada tahun 1956 ketika perusahaan minyak Caltex memutuskan menjadikan kampung itu sebagai pelabuhan minyak. Beberapa tahun kemudian pelabuhan selesai dibangun dan disinggahi kapal-kapal tanker minyak raksasa setiap hari. Dumai pun berubah menjadi “kota internasional” baru. Sementara, sampan kolek yang biasa dipakai para nelayan pun lambat-laun menghilang. Sepertinya para nelayan yang dulu mendiami Dumai telah pindah ke Batupanjang di Pulau Rupat. Ada juga yang membuka kebun di kampung Bukit Kapur.

Dumai semakin hidup ketika boom ekonomi minyak. Caltex memperluas pelabuhannya, Pertamina mendirikan kilang-kilang baru, perumahan baru, kantor-kantor, bandar udara Pinang Kampai dan jalan-jalan raya menggantikan jalan-jalan setapak. Penduduk meningkat pesar menjadi 20.000 pada tahun 1960 dengan makin banyaknya para pendatang yang mengadu untung di kota baru ini. Terlebih ketika dulu industri perkayuan berkembang di kota ini. 

Memasuki tahun 1970-an, perkembangan kota ini sungguh di luar dugaan. Penduduk saat itu sudah mencapai 60.000 dan terus bertambah menjadi 90.000 pada akhir 1980. Kini, memasuki abad baru, milenium ketiga, Dumai yang sudah menjadi kota didiami 154.000 jiwa. Para pakar memperkirakan akan mencapai 200.000 orang dalam waktu singkat.

Setelah selama 20 tahun menjadi kota administratif, dan kini kotamadya, kota Dumai terus berkembang. Kota yang semula hanya memiliki luas 179 kilometer persegi kini diperluas menjadi 2.252,23 kilometer persegi. Dumai terdiri dari tujuh kecamatan dengan 37 kelurahan.

Kota Pelabuhan Industri
Pelabuhan Dumai tumbuh pesat tidak lepas dari kegiatan pertambangan minyak di wilayah ini. Caltex telah menjadikan Dumai sebagai pelabuhan utama ekspor minyaknya yang hampir sejuta barrel sehari. Sedangkan Pertamina Unit Pengolahan II Dumai-Seipakning memiliki kilang minyak Puteri Tujuh dan hydrocracker pengolah bahan bakar minyak untuk Indonesia Bagian Barat. Sedangkan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia menjadikan Dumai sebagai basis usaha pelabuhannya.

Industri-industri lain juga bertambah. Sebuah kilang pemrosesan minyak kelapa sawit PT Bukit Kapur Reksa juga beroperasi di sini. Juga galangan kapal PT Patra Dock sudah beroperasi, sambil menarik imbas galangan kapal di Karimun yang bekerja sama dengan Singapura. Selain itu Patra Dock juga siap melayani kebutuhan kapal-kapal yang melintasi Selat Melaka. Galangan kapal yang semula milik Pertamina di Pangkalansesai, Dumai Barat, kini telah melepaskan diri, dan beroperasi secara komersil penuh. Galangan Patra Dock Dumai ini akan melayani kapal-kapal yang datang dari Belawan, Batam, Jakarta, Malaysia, Aceh, ataupun kapal-kapal lokal.

Pemandangan sehari-hari di pelabuhan Dumai dan perairan Selat Rupat adalah ramainya kapal-kapal berlayar dan melepas jangkar di sini. Puluhan kapal tanker, kapal kargo, ferry penumpang, memberikan kesan Dumai adalah pelabuhan yang sibuk, hidup dan menjadi tumpuan ekonomi. Wilayah pinggiran Dumai yang berupa perkebunan kelapa sawit membentang dari perbatasan Sumatera Utara-Riau, hingga ke perbatasan Riau-Jambi, dan Riau-Sumatera Barat. Jutaan hektar hasil kelapa sawit siap diangkut, diproses, diekspor melalui pelabuhan Dumai. 

Sekitar 500 hektar lahan dibuka menjadi kawasan industri terpadu Dumai Industrial Park & Bukit Timah, dekat Dumai Barat. Ditambah lagi 1.000 hektar di kawasan Bukit Gaung sekitar kecamatan Bukit Kapur. Kawasan ini menghidupkan kegiatan industri berskala kecil-menengah hingga hilir.

Pesona Laut dan Pantai
Kota Dumai juga pintu gerbang wisatawan dan pengusaha yang datang dari Malaysia dan Singapura ke Riau. Kemudahan Dumai sebagai pelabuhan bebas visa bagi 46 negara akan mengalirkan wisatawan ke Riau dan kota-kota lain di Sumatera. Sebaliknya, dari Dumai ke Kepulauan Riau seperti Bintan, Batam, Karimun dapat dicapai melalui kapal cepat ferry. Dumai dan sekitarnya memiliki daya tarik yang dapat memikat wisatawan asing maupun domestik.

Rencana membuat jembatan yang menghubungkan daratan Asia (Malaysia) dengan Sumatera (ke Dumai melalui Pulau Rupat), akan sangat mempercepat pengembangan Dumai dan kawasan Sumatera. Jembatan yang melintasi Selat Melaka ini akan membuka Dumai sebagai pintu gerbang dari Asia ke Indonesia. Sebelum ada jembatan Selat Melaka, PT Pelindo Cabang Dumai merencanakan membangun dermaga kapal ferry ro-ro (roll on roll off) guna membuka rute Singapura atau Malaysia ke Dumai. Ferry ro-ro memungkinkan mobil-mobil wisata masuk ke Riau, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi ataupun ke seluruh Pulau Sumatera selanjutnya ke Pulau Jawa.

Dari Dumai wisatawan dapat meneruskan perjalanan ke Bengkalis dan ke Pulau Rupat yang berdaya pikat menyimpan pesona pantai dan laut, pondok-pondok wisata yang nyaman, di antara alam hutan yang masih asli.

Hutan Wisata Sungai Dumai seluas 4,721 hektar di Kecamatan Bukitkapur adalah pesona Dumai yang lain. Di sepanjang jalur pipa minyak Caltex, hutan yang dilalui Sungai Dumai adalah hutan tropis yang masih asri. Hutan ini difungsikan sebagai habitat beberapa spesies satwa liar, sekaligus pengatur tata air dan paru-paru kota Dumai yang selalu panas terik dan pengap udara industri.

Hutan bertopografi datar ini tergolong jenis hutan rawa keringdengan ekosistem hutan hujan tropis. Pada habitat ini tumbuh berbagai pohon jenis meranti, sawo-sawoan, dan mangga-mangga yang semakin langka. Masih terlihat kawanan satwa kera hitam, siamang, harimau dahan, harimau loreng Sumatra, ungko, babihutan, musang, dan burung langka seperti rangkong, kutilang, dan enggang.

Ada objek wisata menarik dalam perjalanan menuju Dumai, antara lain perkampungan suku Sakai, aliran sungai dengan warna khas kemerahan serupa air teh, belantara tropis dengan hutan-hutan lebat yang masih asri, ladang-ladang eksplorasi minyak dan gas alam serta ribuan hektar perkebunan sawit, membentang sejauh mata memandang. Seiring dengan perubahan status Kota Administrasi Dumai menjadi Kotamadya Dumai, yang pembentukannya berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1999 membawa pengaruh yang besar terhadap gerak laju pembangunan di Kota Dumai.

Objek dan daya tarik wisata yang dimiliki Kota Dumai adalah Pesanggerahan Putri Tujuh, Pelabuhan,Pasar Aneka Buah, Tasik Hutan Lindung, Hutan Bakau (Mangrove), Pondok Ikan Bakardan Kolam Pancing, Bukit Datuk, Pesisir Pantai Purnama, Kuala Sei Dumai, Hutan Lindung Bukit Jin, Taman Rekreasi Wana Tirta, Tempat Rekreasi dan Kolam renang, Simanalagi, Mesjid Raya Dumai, Peranginan Puak Bersejarah,  Agrowisata Perkebunan Durian dan Nenasm, Hutan Bakau (Mangroove), Agrowisata Perkebunan Kelapa Pantai, dan Perangkap Harimau Lubuk Gaung.

Danau Wisata Dumai
Merupakan salah satu objek wisata alam yang menarik untuk dikunjungi. Bersama keluarga dan kerabat, anda dapat membebaskan diri sejenak dari berbagai aktifitas yang melelahkan. Udaranya yang sejuk dan panorama alam yang indah, tentunya memberikan kesenangan tersendiri untuk dinikmati. Jangan lupa, kalau anda berkunjung ke kota Dumai, singgah dn nikmatilah segala kenyamanan yang ada di Danau Wisata Dumai, tentu mengasyikkan.

Makam Putri Tujuh
Sebuah Legenda Makam Putri Tujuh yang terletak di daerah kawasan kilang operasional Pertamina UP II mempunyai keunikan tersendiri. Menurut legenda masyarakat Dumai, terjadinya tujuh orang putri dimakamkan secara bersama-sama, disebabkan sewaktu musuh sedang meyerang, lbunda Putri yang bertindak sebagai Ratu pada saat itu menyembunyikan ke Tujuh Putrinya kedalam lubang yang beratapkan tanah, tanpa disadari oleh sang lbunda, rupanya ketujuh putrinya tewas tertimbun oleh tanah.

Peranginan Puak
Peranginan Puak berada di sebelah Timur Kota Dumai yang memiliki pemadangan yang indah, sejuk dan dingin serta ditumbuhi oleh tumbuhan tropis yang menambah asrinya pemandangan. Disini dapat dinikmati aneka makanan dan minuman tempatan sambil bersantai di pinggir laut.

Wisatawan dapat menikmati buah Durian Puak atau Pelitung. Khasnya dari buah Durian ini adalah rasa dan aroma baunya yang begitu menggiurkan.

Teluk Makmur. 
Daerah Teluk Makmur, Kota Dumai ini masih asli, baik di tinjau dari adat istiadatnya, budaya serta alam perkampungannya yang sangat indah. Rumah-rumah tua yang berarsitektur melayu mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi kampung wisata layaknya seperti kampung wisata Mortein yang ada di Melaka.

Di Teluk Makmur pada saat sekarang sudah dibuat semacam peraturan oleh pihak Kecamatan, untuk medirikan bagunan harus berbentuk rumah melayu agar keinginan untuk mewujudkan kampung wisata dapat terealisasi.

Luas Wilayah
Kota Dumai memiliki luas wilayah keseluruhan 1.727,385 km2 dengan ibukota Dumai, yang meliputi 5 (lima) Kecamatan, yaitu Kecamatan Dumai Barat, Dumai Timur, Bukit Kapur, Medang Kampai dan Sungai Sembilan. Wilayah Dumai beriklim tropis dengan curah hujan antara 200 – 300 mm per tahun, dengan temperatur udara berkisar antara 24 – 33 °C.
Wilayah Kota Dumai terletak pada posisi kordinat 101°23″37′ -101° 28″ 13′ Lintang Utara dan 1° 23″ -1° 24″ 23′ Bujur Timur. Batas wilayahnya:

a.   sebelah utara berbatasan dengan Selat Rupat, Kabupaten Bengkalis; 
b.   sebelah timur berbatasan dengan, Kabupaten Bengkalis; 
c.   sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bengkalis; dan 
d.   sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir.

Rujukan:
Ediruslan Pe Amariza (ed.). 2001. Warisan Riau, Tanah Melayu Indonesia yang Legendaris. Pekanbaru: Yayasan Warisan Riau.
Elmustian, Al azhar, Sita Rohana, 2007. Legenda Puteri Tujuh. Pekanbaru: Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Universitas Riau

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *