Murid Durhaka, Daik – Kepulauan Riau

Gunung Daik, Lingga. (foto:kosabudaya.id)

Mendengar penjelasan dari pengawal tersebut, Mahmud menjadi pucat, menggeletar karena merasa takut dan menyesal, tak lengah lagi Mahmud pun dibawalah menghadap Sul­tan Palembang. Setibanya di istana, Sultan Palembang menjelaskan pula bahwa yang berkokok tadi adalah Panglima Kerajaan Palem­bang yang tiada tolok bandingnya yang bergelar Panglima Ayam Berkokok. Dia berkokok tiga kali sehari. Barang siapa yang men­jawab kokoknya tadi, berarti dialah yang akan menjadi lawannya dengan cara beradu kekuatan sampai mati.

Mendengar keterangan Sultan Palembang itu, Mahmud pun menjadi ketakutan yang amat sangat. Tapi apa boleh buat perbuatan sudah terlanjur. Hendak mundur tak dapat lagi. Dalam hati Mahmud berkata, “Sampailah ajalku. Tapi sebelum aku mati, akan aku lawan sedapat-dapatnya”. Dalam keadaan yang serupa itu, terbayanglah dia pada wajah gurunya, Apek Huang Tai. Mahmud   harus   bertanding   dengan Panglima Ayam Berkokok yang disaksikan oleh seluruh rakyat Palembang.

Bacaan Lainnya

Esok harinya Mahmud pun dibawa orang ke gelanggang pertandingan. Orang yang hendak menengok pertandingan itu penuh sesak berjejal-jejal di sekeliling tempat pertandingan. Mahmud dibawa masuk gelanggang. Sejurus kemudian keluarlah Panglima Ayam Berkokok yang misainya melintang, badannya kokoh sasa  (kuat dan tegap), jalannya tegak, bukan main tangkas nampaknya. Sedangkan Mahmud kelihatan biasa saja.

Begitu nampak muka Panglima Ayam Berkokok, Mahmud pun bersumpah.

“Kalau memang benar gunung Daik bercabang tiga itu bertuah, Insya Allah aku pasti menang dalam pertandingan ini”.

Sejurus kemudian dibunyikanlah aba-aba, bahwa pertan­dingan akan dimulai. Begitu aba-aba berbunyi, juri pertanding­an menjelaskan bahwa barang siapa yang kalah dalam pertan­dingan ini akan dibunuh mati, dan barang siapa yang menang mendapatkan hadiah yang setimpal dengan kehandalannya. Setelah selesai penjelasan,  pertandingan siap untuk dimulai.

Saat pertandingan itu dimulai, masing-masing menunjukkan kehandalannya. Pada mulanya kedua orang tersebut memperlihatkan ketangguhan yang berimbang. Tidak ada yang kena dan  tidak  ada yang cedera.  Setelah memperlihatkan beberapa jurus serangan, tiba-tiba Panglima Ayam Berkokok nampak terdesak.  Dia berusaha hendak menewaskan Mahmud, ta­pi belum berjaya. Segala kepandaiannya sudah dikerahkannya.

Sebaliknya Mahmud sudah dapat mengukur setinggi mana kepandaian yang dimiliki oleh Panglima Ayam  Berkokok. Mah­mud  belum  habis mengeluarkan semua kepandaiannya. Begitu nampak Panglima   Ayam Berkokok mulai letih dan terdesak, mulailah Mahmud melepaskan pukulan-pukulan maut yang tak dapat ampun lagi.

Begitu nampak sekelibat kelengahan Panglima Ayam Berkokok,  di situlah Mahmud melepaskan pukulan yang membuat Panglima Ayam Berkokok   tersebut jatuh tersungkur  terjungkir balik mencium tanah.  Begitu dia bangun, Mahmud   mengirimkan sebuah pukulan lagi yang menyebabkan Panglima Ayam Berkokok jatuh roboh tak bangkit lagi. Begitu menengok panglimanya jatuh, Raja menjadi cemas. Rakyat yang menyaksikan pertandingan bersorak-sorai.

Maka habislah riwayat Panglima Ayam Berkokok yang terkenal itu. Setelah itu Raja Palembang pun menepati janjinya. Mah­mud diangkat menjadi Panglima Kerajaan Palembang menggantikan kedudukan Panglima Ayam Berkokok. Setelah menjadi panglima, Mahmud terkenal sebagai panglima yang gagah perkasa tak ada tolok bandingnya. Raja Palem­bang pun kasih akan dia. Akan tetapi malangnya, apabila Mah­mud telah menjadi panglima yang masyhur, timbullah sifat-sifatnya yang kurang baik, seperti sombong, congkak, takabur dan jahat. Oleh karena ia merasa dirinyalah yang paling kuat dan paling pendekar.

Semua perempuan-perempuan, dayang-dayang dan inang-inang yang ada di istana itu dicerobohinya. Sultan tidak berani menentang atau pun melarang perbuatan Mahmud yang mendurhaka itu. Maka Sultan pun bertambah duka atas segala tingkah laku Mahmud. Lama kelamaan Sultan pun bermufakat mencari orang yang sanggup mengalahkan Mahmud. Akan tetapi tak seorang pun yang sanggup.

Kemudian terdengarlah berita bahwa guru Mahmud yang bergelar Apek Huang Tai masih hidup di Daik Lingga. Maka disuruhlah orang menjemput Apek tersebut datang ke Palem­bang untuk membujuk dan menyadarkan Mahmud. Semua kelakuan dan pekerjaan Mahmud yang mendurhaka kepada Raja Palembang itu telah disampaikan orang kepada Apek Huang Tai.

Mendengar semua cerita yang menyedihkan tentang muridnya itu, Apek Huang Tai menjadi marah dan merasa menyesal telah memberikan ilmu silatnya itu kepada Mahmud. Apek Huang Tai tahu benar bahwa ilmu silat yang dimilikinya telah habis semuanya diberikan kepada Mah­mud. Kini ia merasa berkewajiban untuk menyadarkan Mah­mud. Kalau tidak akan rusaklah namanya di pandang oleh orang Daik.

Oleh karena Apek Huang Tai tahu tingkat kepandaian si­lat Mahmud, maka sebelum ia bertemu atau berkelahi dengan Mahmud, terlebih dahulu ia membuat perangkap yang dapat menjebak Mahmud. Kalau memang perlu harus berkelahi dengan Mahmud, direncanakan untuk adu kekuatan antara guru dengan murid itu diadakan di dekat sebuah jembatan atau titian yang terbuat dari kayu bulat sebanyak dua batang yang tidak jauh letaknya dari istana. Kedua kayu bulat itu di bagian bawahnya dipotong separuh (tidak sampai putus). Maksudnya ketika Mahmud sedang berkelahi di situ pastilah ia jatuh ke dalam parit dan pada saat itu direncanakan Apek Huang Tai akan memukulnya sampai roboh.

Demikianlah sesudah Apek Huang Tai beristirahat beberapa hari, dipertemukanlah ia dengan Mahmud di istananya. Ketika itu Mahmud sedang duduk bersenang-senang di istana­nya yang dikelilingi oleh inang-inang pengasuhnya. Begitu Apek Huang Tai berjumpa dengan Mahmud, Mahmud pun menegur Apek tersebut.

“E, Pek lu bila datang dari Daik. Apa Apek senang-senang saja Pek? Sudahlah, lu pulang ke Daik sajalah Pek. Ini gua kasih uang. Lu sudah tua, buat apa lu berlayar jauh-jauh. Ini uang Pek, lu balik sajalah”.

Begitu mendengar Mah­mud menyapanya, ia pun menjawab.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *