Si Umbut Muda – Siak Sri Inderapura

Ilustrasi. (foto: kosabudaya.id)

Umbut Muda bergelang banyak memang sudah cukup termasyur. Sudah cukup terkenal di lingkungan Mempura, hingga ke hulu sungai desa Senapelan.

Cantiknya si Umbut Muda bertambah cantik, anggun berjalan. Ia berpayung biru muda, diberi berumbai-umbai manik kaca buatan negeri Tiongkok.

Bacaan Lainnya

Lenggang-lenggok si Umbut Muda tampak sangat kentara, bila jembatan lintas sungai Jantan dititinya.

“Kriut …kriut…” tumit halusnya mulus berjinjit berderit-derit. Ibunya bertugas tukang payung, berjalan di sebelah kiri.

Entah apa asal-muasalnya, mungkin su¬dah kehendak Allah Swt. Tiba-tiba terlepaslah dua susunan gelang di tangan kanan si Umbut Muda. Gelang-gelang itu terpelanting, lalu jatuh ke dalam sungai.

“Mak…gelang Umbut jatuh dua dua buah,” kata si Umbut Muda terpekik. Ia menyuruh ibunya terjun ke dalam sungai.

“Mak, selami gelangku Mak…” katanya sambil menolak ibunya itu ke dalam sungai.

“Selam, Mak…selam!” Perintah Umbut Muda ketus.

“Arus sungai deras Nak… Mak tak sanggup menyelam.”

Si Umbut Muda begitu marah kepada ibunya itu. Ia pun mengambil sebatang kayu bercabang lalu ditekankan ke tengkuk ibunya.

“Selam gelangku… selam!” Teriaknya kuat-kuat.

“Burrr…,” gelembung-gelembung air berasal dari nafas ibunya keluar dari kedalaman air.

“Burrr…,” arus sungai pun menggelegak. Dan pada saat itu pula turun angin puting beliung memuntal-muntal, “Siuuung… siuang… siuuuuung”

Si Umbut Muda pun tergulung angin puting beliung itu. Ia terpelanting ke dalam sungai lalu terbenam.

“Maaak…” suaranya semakin sayup, dan mati lemas terikat tarikan lumpur, sementara ibunya terangkat ke tebing sungai, tertegun beristigfar.

“Astagfirullahil’aziiim…,” ucap emak Umbut Muda melihat ke dalam air sungai sambil menangis. Ia telah kehilangan putrinya yang disayanginya, sekaligus menyakitkan hatinya.

***

Pada bulan-bulan tertentu, hingga sekarang. Selalu kelihatan akar-akaran dalam Sungai Siak dipermainkan arus. Akar-akar itu bergerak-gerak seakan-akan rambut terurai panjang menggelitik-gelitik. Suatu pemandangan dipercayai penduduk sebagai rambut Umbut Muda muncul di situ, untuk dijadikan peringatan tentang anak durhaka. Adakalanya juga angin puting beliung menggulung-gulung di situ. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, hal ini bisa saja terjadi sewaktu-waktu, bila ada pelanggaran adat serta syarak, di lingkungan Siak Sri Indrapura negeri beradat.***

Sumber:
Derichard H. Putra, dkk. 2008. Cerita Rakyat Riau. Pekanbaru: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *