Puteri Mambang Linau dan Bujang Enok-Bengkalis

Lama Bujang Enok merenung memikirkan usahanya untuk memenuhi kehidupan nantinya, apakah akan diteruskannya cara mencari kayu ini setelah kawin dengan puteri kayangan. Tentu tidak mungkin kata hatinya. Akhirnya timbul pikiran baru, bahwa ia akan bertani saja dan hasilnya nanti akan di jual ke kota.

Begitulah usahanya setelah memulai hidup berumahtangga dengan Puteri Mambang Linau, ia tetap rajin dan tekun. Tuan memberinya rezeki karena karena sesudah itu ia menjadi petani yang kaya. Gubuknya sudah menjadii gedung yang indah.Tersebarlah berita ke seluruh penjuru bahwa Bujang Enok telah kaya raya dan mempunyai seorang istri cantik. Berita ini sampai pula kepada Penghulu Kampung Pematang.

Bacaan Lainnya

Penghulu Kampung Pematang ingin sekali melihat istri Bujang Enok. Dicarinya akal. Pada waktu selesai panen biasanya di daerah itu diadakan keramaian. Pada waktu keramaian pesta rakyat itu diadakan tari-tarian, perlombaan dan pertunjukan kesenian lainnya. Seluruh orang kampung keluar pada hari gembira itu termasuk istri Bujang Enok yang cantik itu.

Terkabulah keinginan Penghulu Kampung Pematang untuk melihat wajah istri Bujang Enok yang telah menjadi buah bibir orang sekampung itu. Memang sesampainya Bujang Enok di gelanggang keramaian semua mata tertuju kepada istri Bujang Enok yang cantik itu.

Bujang Enok pada saat itu merasa memperoleh sesuatu firasat buruk. Hatinya mulai tidak enak. Setelah Bujang Enok melihat acara demi acara maka sampailah kepada acara terakhir, yaitu acara bebas. pada acara bebas semua orang yang di minta oleh penghulu untuk menari akan ikut menari. Hal terrsebut juga berlaku bagi Bujang Enok dan istrinya. Tidak dapat mengelak lagi karena Bujang Enok sebagai orang yang sudah terpandang amat sukar untuk menolak ajakan itu. Tak dapat tidak ia harus ikut menari. Bujang Enok dan sitrinya menari bersama-sama mengikuti irama gendang. Malam pun semakin larut juga orang-orang satu pun tak ada yang hendak bergerak untuk pulang karena asyik melihat tarian yang indah dimulai dan dibawakan oleh si cantik jelita istri Bujang Enok. Penabuh gendang semakin menjadi-jadi memukul gendangnya dan penari pun mengikuti haluan gendang yang semakin menggila itu.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *