Puteri Mambang Linau dan Bujang Enok-Bengkalis

Setelah berpikir-pikir lagi dan didesak oleh keinginannya yang makin menjadi, maka disantapnyalah makan itu tanpa ragu lagi. Kemudian barulah Bujang Enok bersiap untuk pulang membawa kayu api yang telah diikatnya. Sepanjang jalan Bujang Enok masih cemas-cemas juga karena ulahnya tadi. Pikirannya masih bergalau dengan pertanyaan apakah makanan tadi akan menimbulkan akibat yang tidak baik atau akan dapat mematikan. Pada malam harinya tidurlah Bujang Enok dengan nyenyaknya karena tidak ada sesuatu akibat yang buruk timbul dari makanan yang dimakannya siang itu.

Keesokan harinya Bujang Enok pergi ke hutan seperti biasa. Pada hari itu, ia pun menemui makanan seperti yang dijumpainya kemarin, yaitu sejian nasi dengan lauk pauknya. Bujang Enok semakin heran, terpikir olehnya pasti ada yang membawa makanan itu sampai ke tempat ini. Timbul niat dalam hatinya untuk mengintip pelaku dari sajian yang aneh, karena kemarin tidak menimbulkan apa-apa maka dimakannya lagi tanpa ragu-ragu. Selesai mengumpulkan kayu api bersiaplah Bujang Enok untuk pulang ke pondoknya.

Bacaan Lainnya

Begitu juga pada hari ketiga, peristiwa sajian masih seperti kemarinnya. Bujang Enok sudah bulat tekadnya untuk mengintip, kalau dapat memergoki orang yang telah bermurah hati menyiapkan makanan itu. Pada hari ketiga itu Bujang Enok berangkat lebih cepat dari biasanya, sesampainya di tempat sajian itu, ia bersembunyi di balik semak-semak, sehingga ia tersembunyi dari pandangan orang lain.

Demikianlah, tidak lama kemudian terciumlah bau harum yang menusuk hidung. Bersamaan dengan itu tampaklah seorang bidadari membawa hidangan di atas sebuah talam. Tak salah lagi pikir Bujang Enok. Pastilah ini yang membawa sajian itu. Bujang Enok membelalakkan matanya, dilihatnya sungguh-sungguh, apakah yang terjadi selanjutnya. Bujang Enok menyaksikan betapa puteri cantik jelita itu dengan cermatnya menghidangkan makanan yang dibawanya itu. Setelah menghidangan dengan secepat mungkin, gelagatnya menunjukkan bahwa ia akan segera berangkat. Tetapi Bujang Enok tidak membiarkan peristiwa itu berlalu. Dengan sigap Bujang Enok meloncat tanpa ragu-ragu. Ditangkapnya puteri cantik jelita itu. Dengan meronta-ronta puteri cantik itu berusaha untuk melepaskan diri, tapi Bujang Enok dengan kuat memegangnya. Akhirnya puteri cantik itu menyerah dan pasrah untuk apa yang akan terjadi selanjutnya. Sesaat puteri catik itu agak tenang dan tidak berusaha untuk melepaskan diri. Sesudah itu, barulah Bujang Enok membuka pembicaraan untuk menanyakan siapakah gerangan puteri cantik itu dan siapakah nama dan dari mana asal usulnya.

Dengan malu-malu, dijawablah oleh puteri itu, bahwa ia dari kerajaan orang bunian yang telah ditakdirkan untuk menyiapkan makanan untuk Bujang Enok. Bujang Enok menjadi heran, mengapa puteri itu demikian baik terhadapnya, padahal sebelumnya ia tidak tahu menahu siapakah Bujang Enok. Bujang Enok serasa bemimpi, apakah yang dilihatnya waktu itu belum-betul kejadian yang sebenarnya. Karena hari sudah tinggi maka Bujang Enok pun mengajak puteri itu pulang ke pondoknya. Setelah sampai Bujang Enok menyuruh puteri itu beristirahat. Sambil beristirahat itu Bujang Enok meneruskan penyelidikannya dengan menanyakan siapakah gerangan nama sang puteri. Dijawab dengan jujur, bahwa ia bernama Puteri Mambang Linau.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *