Puteri Mambang Linau dan Bujang Enok-Siak Sri Inderapura

Ilustrasi. (foto: kosabudaya.id)

Dengan malu-malu, dijawablah oleh puteri itu, bahwa ia dari kerajaan orang bunian yang telah ditakdirkan untuk menyiapkan makanan untuk Bujang Enok. Bujang Enok menjadi heran, mengapa puteri itu demikian baik terhadapnya, padahal sebelumnya ia tidak tahu menahu siapakah Bujang Enok. Bujang Enok serasa bemimpi, apakah yang dilihatnya waktu itu belum-betul kejadian yang sebenarnya. Karena hari sudah tinggi maka Bujang Enok pun mengajak puteri itu pulang ke pondoknya. Setelah sampai Bujang Enok menyuruh puteri itu beristirahat. Sambil beristirahat itu Bujang Enok meneruskan penyelidikannya dengan menanyakan siapakah gerangan nama sang puteri. Dijawab dengan jujur, bahwa ia bernama Puteri Mambang Linau.

“Oh, Puteri Mambang Linau, mengapakah sampai berbuat sebaik itu terhadap diriku?”

Bacaan Lainnya

Dijawab oleh Puteri Mamnang Linau bahwa ia disuruh oleh Dewa untuk melaksanakan semua itu, karena Bujang Enok seorang anak muda yang baik dan rajin.

Selanjutnya diminta oleh Bujang Enok melanjutkan cerita Mambang Linau. Mambang Linau pun meneruskan ceritanya. Adapun orang tuanya ialah Bunian yang bertempat tinggal di hutan seberang. Dan pekerjaan yang dilaksanakannya itu atas suruhan Dewa dan atas kerelaan ibu bapanya.

“Bolehkah saya tahu, apa maksud dan tujuan Tuan menyiapkan sajian yang setiap hari Tuan hidangkan itu?”

Jawab puteri itu, “Kami disuruh oleh Dewa untuk menyiapkan sajian itu dan menghidangkannya bagi Tuan hamba Bujang Enok, karena Tuan orang yang rajin dan baik budi”

“Jadi memang makanan itu untuk hamba” seru Bujang Enok keheranan. Bujang Enok gembira sekali memperoleh sesuatu yang tidak diduga-duga sebelumnya. Lebih-lebih lagi seorang puteri cantik sudah berada di sampingnya.

Bujang Enok meneruskan pembicaraannya.

“Aduhai puteri yang baik budi, sudah bersusah payah kiranya Tuan Puteri menyiapkan makanan hamba, tak dapat rasanya hamba membalas budi baik Tuan. Sekiranya Tuan bersedia, sudikah Tuan tinggal bersama hamba di pondok buruk ini, untuk teman hidup hamba? Maafkan hamba Tuan karena hamba yang hina ini sudah lancang saja minta Tuan untuk menjadi teman hidup hamba. Hamba yang hina Tuan, lagi papa. Hamba tidak punya apa-apa, bentuk kurang harta pun tiada. Tidak sebanding dengan kemuliaan Tuan puteri. Tuan orang kayangan anak raja-raja, bukan sepantasnya jadi jodoh hamba.”

Menjawab puteri Mambang Linau, “Tuan hamba Bujang Enok, letak kemuliaan seseorang bukanlah pada harta dan pangkat, tapi yang utama adalah budi dan ketulusan hati. Hamba tidak menyesal akan kejadian yang menimpa diri hamba ini. Memang hamba telah disediakan dan telah ditakdirkan untuk jadi begini. Hamba tidak menyesal sedikitpun. Tak kan hamba berasa kecil hati dan merasa rendah diri untuk hidup berdampingan dengan Tuan Bujang Enok, dengan syarat hamba jangan disuruh menari.”

Setelah mendengar uraian Tuan Puteri Mambang Linau yang cantik itu, maka Bujang Enok bukan main besar hatinya. Serasa ia bermimpi. Diusapnya matanya untuk meyakinkan dirinya lagi, apakah yang dilihatnya itu benar-benar menurut kenyataan yang dialaminya. Bujang Enok merasa mendapat durian runtuh. Hari itu, dipergunakannya untuk memenuhi keinginannya bersenang-senang dengan Puteri Mambang Linau kekasihnya.

Lama Bujang Enok merenung memikirkan usahanya untuk memenuhi kehidupan nantinya, apakah akan diteruskannya cara mencari kayu ini setelah kawin dengan puteri kayangan. Tentu tidak mungkin kata hatinya. Akhirnya timbul pikiran baru, bahwa ia akan bertani saja dan hasilnya nanti akan di jual ke kota.

Begitulah usahanya setelah memulai hidup berumahtangga dengan Puteri Mambang Linau, ia tetap rajin dan tekun. Tuan memberinya rezeki karena karena sesudah itu ia menjadi petani yang kaya. Gubuknya sudah menjadii gedung yang indah.Tersebarlah berita ke seluruh penjuru bahwa Bujang Enok telah kaya raya dan mempunyai seorang istri cantik. Berita ini sampai pula kepada Penghulu Kampung Pematang.

Penghulu Kampung Pematang ingin sekali melihat istri Bujang Enok. Dicarinya akal. Pada waktu selesai panen biasanya di daerah itu diadakan keramaian. Pada waktu keramaian pesta rakyat itu diadakan tari-tarian, perlombaan dan pertunjukan kesenian lainnya. Seluruh orang kampung keluar pada hari gembira itu termasuk istri Bujang Enok yang cantik itu.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *