Ketobong Keramat, Penyalai – Pelalawan

Buku Cerita Rakyat Riau. (foto: folklor.kosabudaya.id)

Tinggal satu bomo yang belum muncul ke istana, yaitu bomo yang dulu mengobati permasuri. Akan tetapi semenjak puteri raja jatuh sakit, ia tak pernah pulang ke rumahnya pada waktu siang hari. Ia hanya pu­lang pada waktu malam. Konon katanya ia sedang berguru kepada orang yang sangatlah sakti. Sehingga ia tak sempat hadir keistana mengobati sang puteri.

Pada Akhirnya puteri baginda mangkatlah. Baginda dan permaisuri amat sedih. Namun apa hendak dikata, orang mati tidak mungkin dapat dihidupkan lagi. Yang sudah terjadi biarlah berlalu. Sudah takdir dari yang maha kuasa.

Bacaan Lainnya

Namun, baginda amat menyesal, karena semasa puterinya sakit, bomo yang diharap-harapkannya itu tidak pemah datang.

“Seandainya bomo itu yang mengobatinya, mungkin putri masih selamat,” desah raja dalam hati. Dipanggilnyalah hulubalang.

 “Hulubalang! Saya perintahkan engkau untuk memanggil sang bomo yang tinggal di tepi sungai Selampaya itu!” Titah sang raja dengan suara murkah.

“Baik paduka, titah paduka, patih junjung tinggi,” jawab hulubalang.

Akhirnya berangkatlah hulubalang ke tempat bomo. Setelah dicari dengan bersusah payah bertemulah hulubalang dengan bomo tersebut di sebuah pondok kecil dekat sungai Selampaya. Oleh karena raja yang memanggil maka berangkatlah ia ke istana. Sesampainya di istana, ia langsung menghadap raja.

“Ampun beribu ampun tuanku, hamba yang hina ini menghadap,” kata sang bomo.

“Datuk! Kemana saja engkau ketika puteri sakit,” tanya raja dengan suara tinggi.

“Sekali lagi ampun beribu ampun tuanku, hamba tak hadir karena hamba sedang menyelesaikan ritual perolehan ilmu dari guru hamba,” jawab sang bomo.

Mendengar jawaban itu sang raja sangat murka. 

“Jadi… engkau lebih mementingkan ritual itu daripada mengobati sang puteri!” Kata sang raja marah.

Saya perintahkan engkau untuk mengobati sang puteri yang sudah meninggal sampai hidup kembali!” Perintah sang raja dengan murkah.

“Jika puteri saya tidak dapat hidup kembali seperti semula, maka engkau berserta keluarga akan dipacung di depan khalayak ramai,” lanjut raja.

“Baiklah paduka raja, walau sangat berat bagi saya, hamba akan lakukan,” kata sang domo menuruti kehendak raja. 

“Tapi sang raja harus melengkapi syaratnya,” kata sang bomo.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *