Ketobong Keramat, Penyalai – Pelalawan

Buku Cerita Rakyat Riau. (foto: folklor.kosabudaya.id)

KONON, ketika raja Pelalawan masih berkuasa, pen­duduknya sangatlah ramai. Salah seorang dari penduduk itu terdapatlah seorang lelaki yang sangat miskin. Lelaki itu  tinggal bersama istri dan dan anak-anaknya. 

Adapun tiap-tiap hari pekerjaannya menangkap ikan di sungai. Kadang-kadang ia peroleh banyak, kadang-kadang juga tidak seekorpun ia dapat. Dari hasil menangkap ikan itulah ia menghidupi anak-anak dan isterinya.  

Bacaan Lainnya

Di samping menangkap ikan, ia juga dapat  membantu mengobati orang sakit sebagai pelepas sesak jika bomo atau dukun sedang berpergian. Ia sangat rajin menolong orang-orang yang sedang sakit, lambat-laun ia terkenal di dusunnya.

Orang-orang dusun sangat senang kepadanya. Hal ini disebabkan ia orang yang rendah hati dan tidak banyak tingkah. Tak pernah ia tidak datang bila dijemput orang. Di samping itu ia juga tidak mengharapkan apa-apa dari jerih payah yang telah diberikannya. Kepercayaan orang dusunnya semakin meningkat karena obat yang diberikannya sangat berkhasiat. Jika dibandingkan dengan bomo-bomo yang lain, orang dusun banyak yang merasa kesal. Selain orangnya tinggi hati, bomo-bomo ini juga banyak bertingkah dan parahnya lagi  setiap obat yang diberikan sangat mahal harganya. 

Lama-kelamaan ia makin terkenal. Tidak hanya di dusunnya saja, tetapi juga dusun-dusun tetangga. Semua orang mengenalnya. Dan akhirnya sampi juga ke telinga raja di kerajaan Pelalawan.

***

Suatu pagi yang cerah, ketika sinar mentari menyapa alam semesta. Burung-burung pun bernyanyi dengan gembira riang. Orang-orang berlalu-lalang menunaikan pekerjaannya masing-masing. Di dalam kerajaan Pelalawan sendiri, nampaklah raja duduk di singgasananya, didampingi hulubalang.

“Hulubalang…” kata raja, ia berpikir sejenak. 

“Saya dengar di dusun dekat sungai Selempaya ada seorang bomo yang sangat tinggi ilmunya. Betulkah itu Hulubalang?” Tanya raja.

“Betul Paduka! Hamba pernah dengar juga, selain itu dia juga sangat disenangi orang-orang kerena tingkah lakunya,” jawab Hulubalang.

“Kalau begitu kiranya, kuutus engkau Hulubalang untuk menjemput bomo itu! Aku ingin memberi anugerah,” titah raja.

“Titah Paduka hamba junjung tinggi,” jawab Hulubalang.

“Bilakah hamba harus berangkat Paduka?” tanya Hulubalang.

“Sekarang juga engkau berangkat!” Jawab raja.

“Baiklah Paduka yang mulia, hamba mohon diri,” kata hulubalang. 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *