Gua Pelintung-Kota Dumai

Suatu ketika dulu di sepanjang selat Melaka tersebutlah seorang lanun atau bajak laut termasyur bernama Kaseng. Ia dikenal dengan bajak laut yang sangat kejam dan ditakuti oleh penduduk negeri-negeri seratau Selat malaka. Ia terlahir di negeri gajah putih (Siam), kehidupan keluarganya sangat miskin. 

Kehidupannya yang miskin itu menimbulkan niatnya untuk menaklukkan semua orang agar ia menjadi kaya. Di samping ditempa oleh alam lautan yang keras ia juga menuntut ilmu bela diri dan kebatinan di negeri  kampung asalnya, dalam menuntut ilmu ia dikenal cerdas  dan berpengaruh dikalangan teman-teman sebayanya. Keseng muda sangat gagah rupawan, ketampanan dan kekekaran tubuhnya membuat banyak gadis kampung terpikat dan tergila-gila padanya.

Bacaan Lainnya

Keseng bekerja dengan seorang saudagar kaya di kampungnya di negeri Siam, akan tetapi selalu mendapatkan fitnah dari para anak majikannya. Namun ia tidak menghiraukan atas fitnah yang dituduhkan kepadanya. Bersama majikannya ia selalu berlayar berdagang menyusuri negeri-negeri lainnya. Pekerjaan ini ia lakukangan dengan riang gembira karena dimata majikannya Kaseng tidak lagi dianggap sebagai pegawai suruhannya, hampir semua rahasia penting dalam  palayaran dipercayakan kepada Kaseng. Ini yang menyebabkan sikap Kaseng yang selalu tegas dalam menyelesaikan permasalahan baik dalam pelayaran dan perdagangan, maupun dikalangan awak kapalnya.

Kaseng sangat disegani dan berpengaruh, dalam waktu yang tak begitu lama perdagangan majikannya kian pesat.  Kaseng pun selalu disebut-sebut dan dipuji oleh majikannya, dalam setiap pelayaran bersama majikannya, Kaseng diberi waktu untuk berjalan-jalan menyusuri negeri-negeri tempat kapal berlabuh.

Suatu hari dalam perjalanannya, ia berkenalan dengan seroang gadis jelita putri dari saudagar kaya sahabat majikannya yang bernama Tan An. Rupanya hal ini menimbulkan rasa iri hati dari putra majikannya yang bernama Lian Neng.

“Ayahanda mengapa ayah lebih percayai Kaseng daripada ananda sendiri,” protes Lian Neng suatu saat, tetapi ayahandanya tidak menghiraukan dan menggamp pertanyaan putranya bagai angin lalu saja. Namun hal ini semakin menimbulkan rasa dendam Lian Neng kepada Kaseng.

Secara diam-diam, ternyata Lian Neng juga menaruh hati kepada Tan An,  tetapi bak pepatah,  ternyata Lian Neng bertempuk sebelah tangan. Tan An hanya menyukai dan mencintai Kaseng. Melihat hal ini muncullah siasat buruk Lian Neng untuk membuat fitnah kepada Kaseng.

Dalam suatu pelayaran berikutnya dari kampungnya di Siam, majikannya tidak dapat berangkat bersama karena kesehatannya yang tidak memungkinkan untuk berlayar, maka Kaseng dipercayakan berlayar didampingi oleh Lian Neng beserta anak buahnya.

Setelah berlayar beberapa minggu, sampailah kapal dagang Kaseng di negeri tujuan, yakitu kampung Tan An, mereka disambut oleh saudagar kaya di kampung itu yang tak lain adalah orang tua Tan An. Bongkar muatpun dilakukan oleh anak buak kapal, orang tua Tan An dengan senang menunggu kegiatan bongkar muat hingga malam hari. 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *