Dedap Durhaka – Kepulauan Meranti

Ilustrasi. (foto: kosabudaya.id)

“Hei! Orangtua, siapakah gerangan engkau berdua berani-beraninya kau datang ke kapalku dengan pakaian yang kumal dan berbau mengaku sebagai ibu bapakku lagi,” hardik Dedap.

Istri Dedap bangkit lalu mendekat kedua orangtua itu.

Bacaan Lainnya

“Bapak, ibu, maafkan suamiku yang telah berkata kasar,” tukasnya seraya membantu ibu Dedap berdiri dan menoleh kepada suaminya.

“Abang, janganlah begitu, meskipun mereka bukan orang tuamu tapi janganlah bersikap kasar. Ingatlah kata ayah tidak boleh sombong dengan harta yang kita punya,” istrinya mengingatkan Dedap akan pesan ayahnya sebelum berangkat. Namun, Dedap tidak peduli dengan perkataan istrinya. Ia tetap menghina, membentak bahkan menendang ayahnya hingga tersungkur dan luka di bagian kepala.

Dengan hati luka kedua orangtuanya kembali kedaratan. Ibunya menangis dan meratapi nasibnya yang malang. Anak yang dikandung dan dibesarkan berlaku sedemikian kejam terhadap mereka. Ayah Dedap jatuh sakit karena ditendang Dedap yang sedang murka. Namun mereka masih berharap Dedap akan datang menemui mereka nantinya.

Setelah beberapa hari kemudian, apa yang diharapkan mereka sama sekali tidak terjadi. Berita yang mereka dengar kapal Dedap akan bertolak hari ini. Sang ibu yang masih memendam rindu mengajak suaminya pergi menemui Dedap. Berangkatlah mereka dengan tergesa-gesa.Tapi apa yang terjadi, Dedap menghina dan menghardik mereka dan tidak mengakui bahwa mereka berdua adalah orangtuanya.

“Anakku, begitu kejamnya engkau kepada kami, lupakah engkau kepada kami.Aku ini ibumu nak dan dia adalah ayahmu. Janganlah engkau berlaku kasar akan dilaknat Tuhan engkau nanti nak,” ujar ibunya sambil memegang kaki Dedap.

Dedap menendang ibunya dan mengusir mereka maka, kembalilah kedua orang tua itu kedaratan. Sambil menangis pilu ibunya berkata.

“Ya Allah, jika benar dia anakku berikan aku tandanya,” lalu langit pun mengguntur awan gelap bergulung menyelimuti alam. Dedap mulai gentar hatinya namun ia tetap tidak berubah pikiran.

“Ya Allah, jika benar dia anak yang aku kandung selama sembilan bulan, kabulkan permintaanku,” ucap ibunya sambil menengadah tangannya.Sementara itu angin bertiup dengan kencang, cuaca yang cerah berubah menjadi tidak bersahabat. Kilat menyambar seakan ikut murka terhadap sikap Dedap.

Sang ayah mencoba membujuk istrinya untuk tidak menyumpahi anaknya “Sudahlah bu, jangan kau teruskan lagi perkataanmu, maafkanlah ia, ingat ia anak kita,” ujar sang suami sambil melihat kapal anaknya yang terombang ambing di laut. Namun, istrinya tidak peduli dengan perkataan suaminya di terus meratap sambil berdoa semoga yang kuasa menjatuhkan laknatnya kepada sianak durhaka.

“Ya Allah, aku putihkan hatiku, jatuhkanlah kutukmu kepada si anak durhaka ini,” ratap dan sumpah ibunya Dedap. Seketika alam menjadi gelap, kilat menyambar dan angin bertiup kencang, gelombang pasang datang menggulungkan kapalnya Dedap. Semua usaha ayah Dedap tak berhasil meluluhkan amarah istrinya itu kepada anak kesayangan mereka.

Tidak berapa lama kemudian semuanya berhenti seketika. Kapal Dedap berubah menjadi sebuah pulau, sementara itu ayahnya masih bermohon kepada istrinya untuk memaafkan Dedap. Namun istrinya tidak bergeming sedikitpun. Mereka tetap berada di tepi pantai. Mereka tetap menemani anaknya kendati telah berubah menjadi sebuah Pulau, yang dikenal dengan Pulau Dedap

Hingga kini Pulau Dedap masih menyimpan misteri. Apabila tersesat di Pulau Dedap bisa menemukan buah mempelam (mangga) dua rasa, yang condong ke laut yang kononnya adalah ayah dedap berbuah manis sementara yang condong ke darat konon adalah ibu Dedap berbuah masam. Namun, jika disengaja untuk mencari buah tersebut tidak akan menemukannya.

Syair Dedap Durhaka

Berawal kisah di pulau Bengkalis
Kisah si dedap yang amat sadis
Anak durhaka yang amat bengis
Bunda mengutuk sambil menangis
 

Ibu si dedap urai namanya
Sepanjang hari selalu bekerja
Kayu dicari beserta suaminya
Untuk penuhi kebutuhan hidupnya

Dedap awalnya bernama tanggang
Pergi merantau hanya seorang
Mengikut kapal milik pedagang
Hingga sukses di kampung orang


Semakin hari semakin kaya
Dedap pun lupa akan kampungnya
Lupalah pula akanorangtuanya
Orang yang berkorban membesarkan dirinya

Suatu hari dedap pun datang
Kembali ke kampung seakan pulang
Ibunda menjadi teramat senang
Rupanya kapal hanya bertandang

Dedap berlabuh di pulau Bengkalis
Membuat ibu terisak menangis
Tidak disangka diperlakukan sadis
Oleh si dedap yang amat bengis

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *