Bukit Bertingkah – Inderagiri Hulu

Ilustrasi. Gunung Daik, Lingga. (foto: folklor.kosabudaya.id)

“Putriku! Kemana saja engkau nak…,” tanya raja yang tidak bisa menyembunyikan kegembiraanya dengan muka yang cerah.

“Ayahanda… ananda diculik,” jawab sang putri sambil menangis dan mendekap ayahandanya.

Bacaan Lainnya

“Diculik!” raja terkejut mendengar penghambaan putrinya itu.

“Siapakah yang sampai hati melhambakan hal sekeji itu,” tanya raja murkah. “Datu… Datu…,” jawab putrinya kethambatan.

“Jawablah anakku… jawab!” tanya raja dengan bentakan yang keras, tak sanggup menahan amarahnya.

“Datuk Sri Maharaja dengan para pengawalnya,” jawab sang putri sambil menangis.

“Apa? Datuk Sri Maharaja,” teriak raja tak percaya.

“Pengawal! Suruh Datuk Sri Maharaja menghadap sekarang juga,” titah raja penuh amarah.

Mendengar ada masalah keluarga di lingkungan kerajaan, Datuk Perpatih tidak ingin ikut campur dan mohon pamit agar diizinkan pulang segera, tapi dihalangi oleh sang putri.

“Tunggulah di sini dulu datuk,” cegah sang putri. “Kalau datuk berkenan tinggallah di istana ini dan jadilah keluarga istana ini,” sambung putri lagi.

“Tetapi…,” jawab Datuk Perpatih dalam keraguan.

“Tak apalah datuk tinggallah di sini, karena memang jasa datuk tak bisa dilupakan oleh keluarga besar istana ini. Andaikan datuk tiada menolong hamba pastilah hamba dimakan binatang buas di hutan,” jelas sang putri penuh harap.

“Kalau begitu, baiklah,” jawab Datuk Perpatih.

Maka tinggallah Datuk Perpatih di istana yang megah itu dengan ditemani pengawal-pengawal yang ramah.

Seluruh pasukan kerajaan dikerahkan mencari Datuk Sri Maharaja yang menghilang dari kerajaan. Dari informasi intelijen istana, ternyata Datuk Sri Maharaja bersembunyi di atas bukit yang tiada berpenghuni beserta para pengikutnya yang ketakutan.

“Bagaimana kalau raja mengetahui kita bersembunyi di sini,” ujar salah seorang pengikut Datuk Sri Maharaja.

“Raja tidak akan tahu kita bersembunyi di sini”,  jawab pengukut yang lainnya.

Siang dan malam Datuk Sri Maharaja tidak dapat memejamkan matanya takut tertangkap pasukan kerajaan. Ia selalu mengamati kerajaan dari jauh di atas bukit tempat persembunyian tersebut.

Sementara itu, sang raja mengumumkan sayembara yang siapa saja dapat menangkap Datuk Sri Maharaja akan dijadikan keluarga istana. Sayembara ini disebarluaskan ke setiap pelosok kampung dan negeri di kerjaaan tersebut.

Melihat raja berkeinginan kuat ingin menangkap Datuk Sri Maharaja maka Datuk Perpatih bersedia mencari Datuk Sri Maharaja.

“Ampun tuanku sembah patik harap diampun, melihat keinginan tuanku yang begitu besar untuk menangkap Datuk Sri Maharaja, hamba akan berupaya mencarinya,” ucap Datuk Perpatih.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *