Asal Mula Harimau Bukit Datuk-Dumai

Harimau. Ilustrasi.

Setelah selesai penguburan jenazah Ibrahim Al Rauf, para takziah kembali ke rumah masing-masing. Tak lama kemudian Tunggul Baka datang membawa rusa yang paling besar. Tanduknya bercabang enam. Rusa itu masih hidup, hanya kaki dan tangannya saja yang dipatahkan. Lalu, rusa itu disembelih dan dimasak untuk kenduri, rusa itu pun tak habis dibuat kenduri selama tiga hari, karena dagingnya cukup banyak.

Setelah meninggal suaminya, tinggal Siti Zaleha dengan anaknya Tunggul Baka. Mereka kesepian karena orang yang dicintainya telah pergi untuk selama-lamanya. Tanggung jawab Siti Zaleha bertambah besar, yakni menjalankan usahanya dan tetap menjaga Tunggul Baka. 

Bacaan Lainnya

Setelah bertahun-tahun hidup dengan Tunggul Baka, Siti Zaleha kini semakin tua, rambutnya sudah memutih, sedangkan Tunggul Baka semakin gemuk dan menjadi harimau yang kuat dan kekar. Terpikirlah oleh Siti Zaleha bagaimana kalau ia meninggal nantinya. Ia teringat, ketika suaminya meninggal Tunggul Baka mengamuk alang kepalang, dan bagaimana nantinya jika ia yang meninggal. 

“Wahai anakku Tunggul Baka, emak ini sudah tua, kalau emak mati nanti tentu orang-orang susah untuk menguburkan. Orang kampung sini takut engkau mengamuk, seperti pada waktu meninggal bapakmu dulu,” nasihat Siti Zaleha pada anaknya Tunggul Baka. Tunggul Baka merenung menatap Siti Zaleha, ia paham maksud emaknya. 

“Aku harapkan engkau tinggal di Bukit Gurun Panjang,” ujar Siti Zaleha lagi. Ia sebetul tak sampai hati menyuruh apalagi meninggalkan anaknya seorang diri di atas bukit, tapi apa hendak dikata, itu jalan terbaik untuk anaknya. 

Esoknya dipersiapkan segala sesuatu keperluan untuk menghantar Tunggul Baka. Orang ramai pun ikut serta mengantar. Ada sekitar sepuluh perahu yang dipenuhi orang-orang yang akan mengantar Tunggul Baka ke atas bukit.

Sesampai di atas buktit, berkatalah Siti Zaleha kepada anaknya Tunggul Baka.

 “Wahai anakku, orang banyak takut kepada engkau. Seandainya ibu mati nanti siapa yang akan merawat dan menjagamu, untuk itu engkau tinggallah selama-lamanya di sini,” ujar Siti Zaleha sedih.

Setelah itu turunlah Siti Zaleha dan orang-orang yang mengantar pun kembali keperahu, pulang ke rumah masing-masing melalui sungai Dumai.

Esoknya alangkah terkejutnya Siti Zaleha melihat Tunggul Baka telah berada pula di rumahnya lagi. Keesokkan harinya Tunggul Baka di antar kembali oleh Siti Zaleha dan orang-orang kampung ke atas bukit. Sebelum pulang ke kampungnya, tak lupa Siti Zaleha menasihati lagi anaknya tersebut. 

“Nak! Tinggallah engkau di sini. Janganlah engkau pulang ke rumah lagi,” kata Siti Zaleha. Mendengar perkataan emaknya Tunggul Baka mengaum. Menganggukkan kepalanya, ia mengerti maksud dan perkataan emaknya.

Tunggul Baka sangat merasakan kesedihan di wajahnya. Ia tidak ingin berpisah dengan emaknya. 

Pulanglah Siti Zaleha ke rumahnya, namun alangkah terkejutnya Siti Zaleha ketika hendak membuka pintu, ternyata Tunggul Baka sudah ada di dalam rumah, tertidur di katil tempat Tunggul Baka biasa tidur. 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *