Asal Mula Harimau Bukit Datuk-Dumai

Harimau. Ilustrasi.

“Mana anak harimau itu?” Kata Siti Zaleha 

“Ada di dalam kapal,” jawab salah seorang saudagar Tiongkok

Bacaan Lainnya

“Bagaimana kalau anak harimau itu diberikan kepada saya,” Siti Zaleha memohon.

Para saudagar itu berpikir sejenak. Lalu mereka menyetujui dengan syarat Siti Zaleha harus menggantinya dengan barang-barang yang dimilikinya.

Siti Zaleha pun menyetujui keinginan saudagar Tiongkok itu.

“Kalau begitu, biarlah saya jemput anak harimau itu di kapal,” kata saudagar Tiongkok.

Diperintahlah salah seorang awak kapal untuk menjemput anak harimau tersebut. Siti Zaleha menunggu dengan harap-harap cemas. Tak berapa lama kemudian, datanglah awak kapal membawa anak harimau lalu diserahkan kepada Siti Zaleha. 

Siti Zaleha amatlah senang mendapat anak angkat walaupun seekor anak harimau. Padahal waktu itu Siti Zaleha telah mempunyai seorang anak laki-laki yang masih menyusu. 

Anak harimau itu masih kecil dan matanya belum terbuka. Siti Zaleha mencoba menyusukan anak harimau tersebut. Semula ia ragu anak harimau itu tidak akan mau, tapi dugaannya salah. Anak harimau itu ternyata menyusu dengan sangat lahapnya. Mungkin anak harimau itu kelaparan dan haus setelah entah berapa hari terapung-apung di tengah laut. 

Suami Siti Zaleha, Tengku Ibrahim Al Rauf tidaklah merasa keberatan dengan apa yang diperbuat istrinya. Malahan ia sangat senang bisa merawat dan membesarkan anak harimau tersebut. Tidak hanya itu, sejak kehadiran anak harimau itu di rumahnya, usaha dagangannya kian besar. Seolah-olah anak harimau itu mendatangkan rezeki bagi keluarganya.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun pun telah bertambah. Anak harimau itu kini telah bertambah besar. Siti Zaleha lalu memberikan nama Tunggul Baka kepada anak angkatnya tersebut. Namun, kebahagiaan Siti Zaleha tidak berlangsung lama. Ketika Tunggul Baka berumur lima tahun, anak kandungnya meninggal dunia karena penyakit yang tak tersembuhkan. Siti Zaleha menjadi sedih. Namun sehari-hari Tunggul Baka selalu menghiburnya, sehingga berkuranglah kesedihan Siti Zaleha.

Setelah Tunggul Baka berusia lebih kurang enam tahun, suami Siti Zaleha yakni Tengku Ibrahim Al Rauf meninggal dunia pula. Ramailah orang berdatangan menziarahi Siti Zaleha dan Tunggul Baka yang dalam kesedihan. 

Beberapa orang menggali kubur, untuk menguburkan jenazah Ibrahim Al Rauf. Namun, saat jenazah hendak dikebumikan Tunggul Baka menghempas-hempaskan diri di kuburan, orang yang hadir merasa ketakutan. Akhirnya Siti Zaleha mendekati Tunggul Baka dan berkata.

“Hai anakku, kalau kau sayang dengan bapakmu tidak begitu caranya. Menurut adat, setelah orang meninggal harus dikendurikan selama tiga hari. Sebaiknya, engkau pergi cari rusa di hutan, untuk kenduri bapakmu,” mendengar itu Tunggul Baka meloncat dan lari seperti kilat. Saat Tunggul Baka pergi, orang-orang yang ada di kuburan bergegas menguburkan jenazah almarhum Ibrahim Al Rauf untuk dimasukkan ke liang lahat, manalah tahu Tunggul Baka akan segera datang.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *