Kancil dan Babi Somantung, Sakai – Bengkalis

Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. Ilustrasi. (foto: kosabudaya.id)

PADA suatu pagi yang cerah, Kancil sedang berjalan-jalan di tengah hutan. Ia menikmati pagi sambil bersilahturahimi dengan hewan-hewan yang lain.

Tiba-tiba alangkah terkejutnya si Kancil ketika ada seekor Babi Somantung yang memiliki tubuh yang besar mengendus-ngendus ke arahnya. Mata Babi itu tampak marah dan tubuhnya yang besar serta taringnya yang panjang membuat Kancil ketakutan.

Bacaan Lainnya

Kalau saja Babi ini menyerang si Kancil tentu tidak membutuhkan waktu yang lama baginya untuk merobek-robek badan Kancil yang kecil. Akan tetapi Kancil tidak kehilangan akal. Ia langsung menyapa si Babi dan berkata.

“Hai Babi Somantung engkau rupanya,” sapa si Kancil dengan sangat akrab, dan tidak ada sedikit pun raut ketakutan di wajahnya.

“Badanmu tambah besar saja, begitu juga dengan kakimu semakin berotot, apalagi taring yang sangat runcing,” kata Kancil sambil mematut si Babi seraya mengelilingi Babi dan berdecak kagum.

“Siapapun yang melawanmu pasti akan kalah, dan semua penghuni hutan ini pasti akan takut jika berhadapan denganmu,” kata si Kancil yang terus memuji kegagahan Babi yang akan mencelakainya. Si Babi pun terpengaruh dengan pujian si Kancil sehingga ia mengurungkan niatnya untuk menyantap habis si Kancil.

“Oh tentu saja mamak batin, dengan tubuh yang besar dan taring yang panjangku ini pasti dapat mengalahkan apapun,” kata Babi Somantung dengan sombongnya.

“Apa pun itu?” kata Kancil menyindir.

 “Ya apa pun namanya, pasti dapat aku kalahkan,” kata si Babi.

Lalu si Kancil berfikir.

“Bagaimana kalau kau melawan manusia? Apakah kau sanggup?” kata si Kancil.

“Ayo kita cari manusia, dan kau lihat bagaimana aku mencabik-cabik tubuh manusia,” rupanya si Babi sudah tidak sabar ingin menunjukan kegagahannya melawan manusia di hadapan si Kancil.

Mereka berdua berjalan menyusuri hutan dan ingin segera bertemu dengan manusia. Di tengah jalan mereka bertemu dengan anak kecil yang sedang bermain. Lalu si Babi berkata.

“Itu ada manusia dan kau lihat bagaimana aku mencabik-cabik tubuhnya,” kata si Babi tidak sabar.

“Tunggu dulu,” kata si Kancil, “Dia bukan manusia dia hanya anak kecil dia bukan lawanmu, ayo kita cari yang manusia yang lain,” kata si Kancil.

Akhirnya si Babi dan Kancil meneruskan perjalannya untuk mencari manusia yang di maksud oleh si Kancil. Akhirnya mereka bertemu dengan seorang perempuan sedang mengumpulkan kayu di hutan. Lalu Babi berkata lagi.

“Itu ada manusia ayo kau lihat apa yang akan kulakukan terhadap manusia tersebut,” kata si Babi.

“Bukan, itu bukan manusia yang kumaksud,” kata si Kancil.

“Dialah manusia kata si Babi,” si Babi sudah siap-siap pasang kuda-kuda untuk menyerang perempuan itu. Tapi dengan cepat si Kancil mencegahnya.

“Tunggu dulu dia bukan manusia dia hanya seorang perempuan tua,” kata si Kancil menenangkan si Babi Somantung yang sudah sangat berang.

Sesaat setelah itu si Kancil melihat seorang pemburu yang membawa senjata lengkap. Lalu si Kancil berkata pada si Babi.

“Itu manusia yang kumaksud, apakah kau sanggup melawan dia,” kata Kancil.

Tanpa berfikir panjang si Babi lansung menyerang pemburu tersebut.

Dan tentu saja si pemburu sangat terkejut melihat tiba-tiba ada babi yang datang menyerangnya. Si pemburu mengambil senapannya dan menembak tubuh si Babi yang besar. Dan, ternyata Babi masih sanggup untuk menyerang pemburu itu, maka tak ayal lagi pemburu langsung mengeluarkan pedangnya dan menebas tubuh Babi tersebut. Tak kuat menahan sakit maka si Babi pergi ke hutan untuk menghindar dari serangan berikutnya dari pemburu.

Kancil datang menghampiri si Babi yang kesakitan, lalu berkata:

“Bagaimana rasanya Babi,” sapa si Kancil.

“Aku tidak sanggup melawan manusia,” kata Babi.

“Manusia itu sangat aneh, tangannya saja bisa meletus, dan menembus dadaku dan membuat tubuhku sangat sakit. Apalagi tulang rusuk sangat tajam dan melukai tubuhku” rintih si Babi Somantung kecut.

(Narasumber: Muhammad Yatim, Bathin Sakai Kampung Kesumboampai]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *