Asal Nama Negeri Lubuk Bendahara-Rokan Hulu

Masjid Islamic Center Pasirpengaraian

“Baiklah Datuk, kami pasti akan membantu, kitakan satu kampung, jika satu yang mendapat musibah yang lain juga merasakan, ke ulak sama beranyut, ke mudik sama berenang,” jawab salah seorang penduduk kampung.

“Baik Datuk! Ayo kawan-kawan kita ke sungai mencari anak Datuk yang hilang,” suhut yang lain.

Bacaan Lainnya

Orang-orang kampung pun berduyun-duyun pergi ke sungai, ke tempat anak datuk hilang. Semua ikut mencari, mencebur ke sungai. Ada yang menyebar jala. Para pawang telah bersemedi, dan sebagian ada juga yang berani menyelam ke lubuk yang paling dalam. Lubuk yang sangat angker. Mereka mengerahkan segala kepandaiannya, bentar-bentar timbul, bentar-bentar menyelam lagi. Setelah sekian lama mencari di lubuk itu, orang-orang kampung yang ada di tepian sangat terheran-heran, sebab para pawang itu serentak pergi ke tepi seolah-olah ada yang mengejar meraka

Datuk menghapiri mereka. Ingin mengetahui apa yang telah terjadi.

“Ada apa gerangan di lubuk tu?” Tanya Datuk kepada pawang yang ikut menyelam.

“Di lubuk tu, kami melihat anak Datuk dilingkari ular yang bukan main besarnya. Ketika kami mau mendekat untuk mengambil anak tu, ular itu mengejar kami. Makanya kami berenang ke tepi.” Terang salah seorang pawang dengan wajah tegang.

“Berarti anak kami masih hidupkan?” Tanya datuk kemudian.

“Betul Tuk!” Jawab pawang tadi.

Mendengar penjelasan pawang tadi, datuk sedikit lega dan bercampur lemas, bagaimana cara menyelamatkan anaknya. Akhirnya pencarian itu, untuk sementara dihentikan. Orang-orang kampung pun pulang ke rumah masing-masing. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing tentang peristiwa yang baru saja terjadi, meraka tak habis pikir, bagaimana anak datuk bisa hilang, dan ternyata dicuri oleh ular yang sangat besar. 

Pada senja harinya sang Datuk berserta isterinya berdoa supaya anaknya selamat. Pada malam berikutnya datuk bermimpi tentang bagaimana cara menyelamatkan anaknya. Besok paginya sang Datuk menceritakan mimpinya di depan para pawang dan orang pandai, serta orang-orang kampung.

“Saudara-saudara, orang pandai serta para pawang yang saya hormati. Tadi malam saya bermimpi, dalam mimpi tersebut saya didatangi oleh seseorang yang mengatakan kepada saya, apabila hendak menyelamatkan anak saya, harus disembelihkan seekor kerbau putih, darahnya ditampung lalu tumpahkan di atas lubuk di mana ular besar tersebut sedang melilit anak perempuan saya.” Mendengar ucapan Datuk Bandagho itu, salah seorang pawang yang tertua menganjurkan agar kerbau putih dapat ditemukan dalam waktu dekat ini. Banyak para hadirin yang menggeleng-gelengkan kepala menyatakan amat sulit untuk menemukannya.

Salah seorang penduduk kampung memberikan usul. 

“Saya rasa sangatlah sulit mendapatkan kerbau putih, untuk itu ada baiknya kita ganti darah kerbau putih itu dengan getah kayu ubar, yang warnanya tampak sama.”

Orang-orang kampung yang datang, dan juga para pawang menyetujui dan menunjuk beberapa orang untuk mencari kulit ubar serta menumbuk dan membawa getah ubar tersebut ke pinggir sungai. Setelah tiba di tepian, pawang yang membawa getah ubar tadi memasuki sampan lalu berkayuh menuju lu­buk di mana anak Datuk Bandagho dililit ular. Tiba di atas lubuk itu sampan lalu dikaramkan sehingga air yang berpusar itu kelihatan memerah darah. Kira-kira tiga jam kemudian nampaklah air di lubuk itu meluap ke arah tepi. Dari luapan gelegak-gelegak air itu sekonyong-konyong muncul sebuah benda kuning berkilau ditimpa cahaya matahari siang.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *