Asal Mula Nama Pulau Bintan

Kapal di Bengkalis. Ilustrasi. (foto: folklor.kosabudaya.id)

MENURUT sahibul hikayat, sebelum bernama Pulau Bintan, pulau ini sebut Pulau Putih. Selain itu, juga ada orang tua-tua mengatakan bahwa asal nama Pulau Bintan terdiri dari kata Bentan. Bentan berarti kembali lagi sakit yang diderita terdahulu karena tersalah makan.

Ada pula orang tua lainnya mengatakan, bahwa asal nama Pulaua Bintan berasal dari kata lebai atau orang yang alim yang terdampar di Pulau Putih itu.

Bacaan Lainnya

Namun kata berintan dari sebutan gunung berintan atau gunung yang memiliki intan permata lebih banyak diceritakan orang.

Alkisah, terkenallah cantik rupawan putri Lencana Muda di Pulau Putih. Tidak heran pinangan datang dari anak raja negeri tetangga putra Raja Pagaruyung dan anak Raja Lingga bernama Alam Syah. Mereka mengirimkan utusannya untuk melamar putri Lencana Muda yang jelita itu.

Raja Johan Syah menunjuk Panglima Bongkok Lela Bangsawan untuk menyambut para utusan Raja Pagaruyung dan Raja Lingga yang datang meminang putri baginda.

Panglima Bongkok Lela Bangsawan menolak lamaran Raja Lingga, sebaliknya pinangan anak Raja Gagaruyung diterima dengan baik. Pilihan Panglima Bongkok juga direstui oleh baginda Johan Syah Raja di Pulau Putih.

Tun Jaya yang bergelar Sri Gumaya, utusan Raja Lingga tidak terima lamaran rajanya ditolak. Ia mengamuk dan murka.

“Hai, Panglima Bongkok!” Gertak Sri Gumaya dengan marah.

“Berani sungguh orang kaya menampik pinangan raja kami. Ehm… laknat kalian rasakan balasan dari raja kami penguasa Lingga.”

“Ikan bawal, si ikan pari,” sahut Panglima Bongkok Lela Bangsawan.

”Di situ menjual, tetap kami beli!” Tantang Sri Gumam.

Kemurkaan Sri Gumam pun memuncak. Utusan Alam Syah Raja Lingga itupun kian mengamuk dan terjadilah huru-hara di Pulau Putih.

Dalam kecambuk perang tanding, gagah beradu kederat (kekuatan) ilmu dalam. Kebal beradu pakar tahan pasha. Umpamakan singa lapar bertarung dengan buaya terlepas mangsa, begitulah dahsyatnya perang tarung Panglima Bongkok Lela Bangsawan melawan Sri Gumaya.

“Rasailah kalian!” Pekik Sri Gumaya mengangkat tampin, karung sagu pengangkat pinangan yang dibawanya. Dan dengan secepat kilat, tampin sagu itu dihempaskan ke Gunung Putih di hadapannya.

“Buurr… Dumm..!” Alam Pulau Putih menggelegar, cahaya kuning kemerah-merahan pun memancar-mancar.

“Biyarrr!” gema membelah bumi, sinarpun menyala-nyala kembali. Setelah padam bersinar putih keperak-perakkan, gemerlapan di lingkungan itu.

Panglima Bongkok pun mengeluarkani ilmu saktinya dengan berdiri kaki tunggal seraya menjuruskan pancung-laksemaya di tangan kanan menyilang ke arah Pulau Lingga.

“Blas… dum-dum!” Bergema dahsyat di sana, dan alih-alih dalam sekejap mata Gunung Daik di Pulau Lingga yang bercabang tiga patah satu. Puncaknya terguling melewati istana lalu tercebur ke dalam laut.

“Buuurr…” hilanglah puncak gunung, singa menangis kebanggaan Alam Syah Raja Lingga.

Sementara gunung genang perbukitan di kaki Gunung Putih cahaya gemerlapnya terus memancar-mancar.

“Blas….bla…” putih berkilau-kilau seumpama bintang kejora terbit pada pagi hari. Cahaya intan masih tersembunyi.

Konon pula beberapa abad kemudian, tak kala Gunung Daik dahulu bercabang tiga patah satu tinggal dua, Gunung Putih lekak melengkung di tengah serpihan tanahnya menjadi Gunung Demit terletak di kaki Gunung Genangnya.

Dikala itulah berdatangan saudagar-saudagar Arab, India dan Jawa. Mereka membeli kulit kayu tengar dan buah pinang yang merupakan hasil penduduk Bukit Batu di lereng Gunung Bukit Piatu bersebelahan Bukit Demit.

“Masya Allah, intan! Ada intan!” Kata saudagar Arab seraya menunjuk-nunjuk ke dalam karung goni buah pinang yang dibelinya.

”Ada intan di sini,” ujarnya dengan girang.

“Intan?” saudagar-saudagar yang lain bertanya serentak.

“Ada intan di pulau ini? Begitu banyaknya intan, hingga masuk dalam karung goni buah pinang?” mereka bertanya di sana sini.

“Mungkin…. mungkin….” Anak cucu panglima Bongkok Lela Bangsawan dan keturunan Sri Gumam mengingat-ingat.

”Ya, mungkin sekali intan itulah yang bercahaya gemerlap. Sinar gemilau sejak hempasa tampin sagu Sri Guman”.

Tampian sagu Sri Guman utusan Raja Linggga jadi gunung berintan? Gunung-gunung Pulau Putih di darat Perigi Tujuh Bukit tajas itu pun di rambah di gali, mereka mendulang intan.

“Segunung berintan,” mereka bersyukur.

“Gunung penuh berisi intan!”

“Segunung berintan, di Ppulau Intan!”

“Ya, pulau berintan,” saudagar-saudagar Arab, India dan Jawa ikut bersuara bersama-sama penduduk setempat.

“Pulau Be-intan…. bein-tan! Bentan….. Bintan!”

Lidah orang Melayu setempat mengucapkannya Beintan.

Bentan, bintan berarti berintan. Pulau berisi intan yang akhirnya disebut bintan yang berasal be-intan, atau bentan dengan cahaya memancar gemerlap.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *