Kampung Ulakpatian, Kepenuhan – Rokan Hulu

ULAKPATIAN adalah kampung yang berada di Kepenuhan Rokan Hulu, Riau. Kampung ini berada di pinggir Batang Rokan.

Penamaan
Berdasarkan cerita lisan, penamaan Ulakpatian bermula dari legenda Asal Mula Ikan Patin. Konon, di Kampung Ulakpatian saat ini, hiduplah seorang nelayan tua yang bernama Ongak Robu. Ia tinggal seorang diri di tepi Batang Rokan. Pekerjaannya sehari–hari adalah menangkap ikan dan terkadang ia pergi ke hutan untuk mencari kayu.

Bacaan Lainnya

Suatu hari, ia tidak mendapatkan 1 ekor ikanpun saat memancing. Di waktu perjalanan pulang, ia mendengarkan seorang bayi yang sedang menangis. Karena rasa penasaran, ia mencari dari mana suara itu berasa. Tak lama mencari, ia pun menemukan bayi perempuan yang mungil tergolek di atas batu. Tampaknya bayi itu baru saja dilahirkan oleh ibunya. Karena rasa iba, bayi dibawa pulang ke rumahnya.

Sesampai di rumahnya, Ongah Robu memberi nama bayi itu Gadih Satin. Dengan bahagia Ongah Robu menimang-nimang sang bayi sambil mendendang. Ia berjanji akan bekerja lebih giat lagi dan mendidik anak ini dengan baik. Ongah Robu juga membekali Gadih Satin berbagai ilmu pengetuhan dan pelajaran budi pekerti. Setiap hari ia juga mengajak Satin pergi mengail atau mencari kayu di hutan untuk mengenal kehidupan alam lebih dekat.

Waktu terus berjalan. Gadih Satin tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan berbudi pekerti luhur. Ia juga sangat rajin membantu ayahnya. Namun sayang, Gadih Satin tidak pernah tertawa.

Suatu hari, seorang pemuda kaya dan tampan yang kebetulan lewat di depan rumah Satin. Saat melihat Gadih Satin, Pemuda itu langsung jatuh hati kepadanya dan berniat untuk segera meminangnya.

Beberapa hari kemudian, pemuda tersebut meminang Gadih Satin pada Ongah Robu. Setelah Gadih Satin berfipir beberapa lama, ia menerima pinangan pemuda tersebut dengan syarat, jangan pernah memintanya untuk tertawa. Pemuda tersebut menyanggupi syarat yang diajukan Gadih Satin tersebut.

Di pernikahan mereka yang baru setahun jagung, sang pemuda merasa tidak bahagia karena tidak pernah melihat Gadih Satin tertawa. Sejak pertemuan pertama kali hingga kini, Gadih Satin belum pernah tertawa sama sekali.

Suatu sore, Gadih Satin bersama–sama keluarganya sedang berada di teras rumah. Mereka bercanda ria dan semua anggota keluarga tertawa bahagia, kecuali Gadih Satin. Pada saat itu sang suami mendesak Gadih Satin ikut tertawa. Akhirnya Gadih Satin tertawa. Ia tertawa lama sekali.

Namun, pada saat itulah muncul insang ikan di mulutnya. Gadih Satin segera berlari ke arah sungai. Dan berubah menjadi ikan.

Sang suami menyesal karena telah mendesak istrinya untuk tertawa. Tetapi, semua sudah terlambat. Ikan dengan bentuk badan cantik dan kulit mengilat tanpa sisik inilah yang orang-orang sebut sebagai ikan patin. 

Sebelum masuk ke sungai, Gadih Satin berpesan kepada suaminya.

“Kanda, peliharalah anak-anak kita dengan baik.”

Sang suami dan anak-anaknya sangat bersedih melihat Gadih Satin yang sangat mereka cintai itu telah menjadi ikan. Begitu juga dengan Ongah Robu yang juga sangat merasa sedih dengan kehilangan anaknya. Hampir setiap hari Ongah Robu datang ke sungai untuk memanggil anaknya yang bermana Gadih Satin.

Oi… oi…  satin…1
Di mano diang satin…!
Indo tutahan rinduku ko…!
Kulualah Gadih Satin…!

Hari berganti bulan, bulan berganti tahun dan tahun pun terus berlalu tetapi anak yang dipanggilnya tidak juga muncul.

Lama-lama memanggil, sebutan satin menjadi kelu di lidah Ongah Robu. Ia menyebutnya menjadi patin.

Ongah Robu juga meninggal dunia di tepi sungai tersebut.  Masyakarat setempat menyebut pinggiran sungai tempat Ongah Robu mengulak dan memangil anaknya si Gadih Satin dnegan ulak patin (hilir patin). Lama kelamaan tempat tersebut menjadi Ulak Patian, yang saat ini menjadi salah satu kampung di Batang Rokan.

Sebagai mayarakat Melayu menyakini bahwa ikan patin tersebut berasal dari Gadih Satin yang menjadi ikan. Orang Melayu pun berjanji tidak akan makan ikan patin, karena dianggap sebagai keluarga mereka. Itulah sebabnya sebagian orang Melayu tidak makan ikan patin

Narasumber:
Pak Rasyid di Ulak Patian, Rokan Hulu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *