Ayam dan Elang

Ayam. Ilustrasi. (foto: folklor.kosabudaya.id)

Syahdan, pada suatu ketika di dalam perjalanan pulang, elang bertanya kepada Ayam.

“Ayam bagaimana kita untuk mendapatkan makanan?”

Bacaan Lainnya

“Dengan kaki,” jawab ayam.

“Caranya?” tanya elang lagi.

“Ya dikais” jawab ayam.

Tak lama kemudian mulailah ayam dan elang itu mengais. Sedangkan elang asik memperhatikan apa yang dilakukan oleh sahabatnya. Sambil mengais, ayam menemukan cacing dan langsung dipatuknya. Elang mengikuti tetapi tidak berhasil, sehingga elang heran pada dirinya sendiri lalu bertanya lagi kepada Ayam.

“Bagaimana ini Ayam, aku semakin lapar, nampaknya engkau semakin kenyang.”

“Coba lagi kata ayam.”

Elang pun mencobanya lagi, tapi tetap juga tak bisa. Namun ayam tidak peduli, ia tetap mengais. Semakin mengais semakin banyak dapat makanan dan semakin kenyang sehingga tidak peduli lagi dengan si elang. Elang termenung lama kelamaan Elang sudah tidak tahan lagi menahan kesabaran lalu elang berpikir, bagaimana kalau Ayam berhenti mengais. Berkatalah Elang kepada Ayam,

“He Ayam pada awal perjalanan kita tadi kita pernah mengucapkan saling ingin belajar, katanya engkau ingin belajar terbang dengan aku sebaliknya aku pun ingin belajar berkokok dan berkotek dengan engkau.”

“Oh ya aku hampir saja terlupa kata Ayam. Engkau ajarkan dulu aku terbang kata ayam.”

Elang setuju, engkau tengok aku mulai kembangkan sayap terus naik ke pohon atau dahan lalu ayam mencoba berkali-kali terus turun naik dari tanah ke pohon semakin lama elang ingin mengajarkan terbang untuk lebih tinggi, namun Ayam tidak juga bisa karena badannya berat, terlalu banyak makan, lalu Elang mengatakan memang.

“Dasar loba makan”

dari itu ayam mulai tersinggung, Ayam pun tidak bisa terbang tinggi.

“Kembali kegiliran saya” kata Elang.

“tunggu dulu” kata Ayam, “aku belum dapat terbang tinggi mari kita mengais lagi”

Elang pun Ikut mengais.Tak lama kemudia,ayam berkata pada elang

“mari kita pulang karena hari sudah sore”,

Elang berkata lagi “bagaimana aku mau pulang, aku belum dapat makanan karena kaki engkau tidak sama dengan kaki aku, kalau mengais selalu sangkut dan mulut engkau tidak sama dengan aku karena mulut engkau lurus tak seperti mulut aku yang bengkok”,

Ayam menjawab “maka dari itu aku tidak mau mengajarkan engkau berkokok dan berkotek”.

Akhirnya timbul perselisihan kalaulah begitu kata Ayam,

“Selamat tinggal Elang, aku pulang dulu.”

Elang pun marah kepada ayam

“Mulai hari ini, apabila kujumpa dimana saja akan kutangkap dan kumakan hidup-hidup engkau dan anak cucu engkau sampai kebangkai-bangkai engkau” kata Elang dengan suara tinggi kepada Ayam.

Maka dari itulah setiap Ayam apabila mendengar suara Elang mati-matian degan ketakutan terigat peristiwa pertengkaran Elang dan Ayam.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *