Asal Mula Harimau Bukit Datuk-Dumai

Harimau. Ilustrasi.

TERSEBUTLAH kisah, ketika Dumai menjadi pusat perdagangan dan bandar terkenal di Nusantara. Jutaan pendatang berdatangan dari berbagai pelosok negeri. Para saudagar tersebut seakan-akan berlomba-lomba melakukan transaksi perdagangan, apatah lagi, letak Dumai yang berbatasan langsung dengan Selat Melaka semakin memudahkan para pedagang itu menggelar dagangan. Di antara saudagar-saudagar kaya itu adalah para pedagang dari Parsi, India, Eropa, dan negeri Tiongkok. 

Setiap hari saudagar-saudagar itu membawa puluhan kapal dagang dan ratusan anak buah kapal. Saudagar-saudagar tersebut menggelar barang dagangannya yang  dibawa langsung dari negerinya. Setelah barang dagangannya habis tak tersisa, mereka  membeli barang-barang dagangan penduduk lokal seperti arang bakar, gambir, gaharu, rotan, kina, cendana, dan kayu bakau, dan rempah-rempah untuk di bawa ke negeri masing-masing. Di negerinya barang-barang yang telah dibelinya diperdagangkan lagi.  

Bacaan Lainnya

Karena hasilnya sangat menguntungkan, para saudagar tersebut tidak pernah memutuskan hubungan dagangannya dengan masyarakat Dumai. Begitu juga sebaliknya, masyarakat Dumai menikmati keuntungan yang besar jika dibandingkan dijual kepada masyarakat tempatan atau kepada para pedagang yang datang dari negeri Minangkabau atau Jawa.

Hingga suatu hari, tatkala kapal dagang dari Tiongkok hendak berlabuh di pelabuhan Dumai, nahkoda melihat seekor anak harimau di atas sekumpulan kiambang yang terapung-apung dimainkan ombak yang ada di hadapannya. Nahkoda kapal lalu memerintahkan awak kapal agar menurunkan sekoci, empat orang awak kapal tersebut  lalu menaiki sekoci dan mengayuhnya mendekati anak harimau tersebut, bermaksud hendak menolong.

 “Kami akan menolongmu, tapi dengan syarat engkau tidak akan mencelakakan kami,” ujar seorang awak kapal kepada anak harimau tersebut. 

Anak harimau itu seakan mengerti dengan perkataan awak kapal. Ia menguap kecil sambil menggeliat. Kepalanya ia gerakkan sedikit, seolah-olah mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah menolongnya. 

Kapal kembali melanjutkan perjalanan, menyelusuri pantai dan ombak-ombak kecil yang tenang. Dan, ketika ombak-ombak itu tidak dirasakan lagi, ternyata mereka telah memasuki Kuala Sungai Dumai.

Kapal dagang Tiongkok lalu berlabuh dan melempar jangkar di Kuala Sungai Dumai, para awak kapal lalu naik ke darat dan istirahat sejenak di salah satu kedai milik masyarakat, sambil berbuat-bual dengan masyarakat setempat sebelum esoknya melakukan perniagaaan di pekan terdekat.

Pemilik kedai itu adalah Siti Zaleha, orangnya ramah dan cantik. Rambutnya,  hitam pekat panjang terurai hingga ke tanah. Kulitnya kuning langsat, wajahnya selalu cerah laksana bulan purnama, tetapi Siti Zaleha memiliki keanehan yaitu salah satu payudaranya agak panjang sebelah kanan jika dibandingkan dengan perempuan pada umumnya.

Ketika berbual-bual dengan Siti Zaleha, saudagar Tiongkok tersebut bercerita bahwa sewaktu hendak ke Dumai mereka menemukan anak harimau terapung-apung di atas kiambang di tengah laut, dibawa arus. Mendengar pengakuan saudagar Tiongkok itu, Siti Zahela tertarik dengan anak harimau tersebut.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *